post image
KOMENTAR
Budayawan Sujiwo Tejo menyambut baik riset yang dilakukan para ahli untuk membongkar misteri situs megalitikum Gunung Padang.

Menurut dia, temuan dari Tim Katastropik Purba di gunung yang terletak di Cianjur, Jawa Barat itu patut diapresiasi oleh segenap bangsa. Itu menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar.

Budawayan pemilik nama asli Agus Hadi lahir kelahiran 31 Agustus 1962 itu menyampaikan hal tersebut dalam acara Indonesian Lawyers Club, yang disiarkan TV One, Selasa (2/4/2013).

Hasil riset Tim Katastropik Purba menunjukkan bahwa ada bangunan megah buatan manusia ribuan tahun lalu di bawah situs megalitikum Gunung Padang. Tim yang diinisiatori pembentukannya oleh Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Andi Arief itu pun merekomendasikan untuk melanjutkan eskavasi bertahap terutama agar tampak luar bangunan megah di bawah Gunung Padang bisa dipandang dengan jelas.

Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat, yang ikut memeriksa usia lapisan di bawah situs megalitikum Gunung Padang November tahun lalu memperkirakan, bangunan tersebut berusia 14 ribu tahun. Jauh lebih tua daru bangunan tua apapun dan dimanapun yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia.

Hasil geolistrik dan georadar yang dilakukan geolog Dr. Danny Hilman menunjukkan citra yang tidak alami. Dari citra tersebut diketahui beberapa meter di dalam tanah Gunung Padang bukan merupakan tanah alami.

Hasil pengeboran yang dilakukan oleh geolog Dr. Andang Bachtiar menunjukkan sampai kedalaman 18 meter terdapat susunan batu-batu panjang berpenampang segilima (columnar joint) yang disusun manusia.

Pengeboran tersebut juga menemukan semacam semen purba di antara columnar joint. Dr. Andri S, seorang petrograf menyatakan semen tersebut bukan batuan alami melainkan adonan yang berfungsi sebagai perekat.

Dr Ali Akbar yang melakukan ekskavasi di lereng timur menemukan sampai dengan kedalaman 4 meter diperoleh struktur batu yang jelas menunjukkan telah dirancang dan disusun manusia.

Pertama, orientasi struktur batu di lereng timur adalah rebah (horisontal) timur-barat. Sementara itu orientasi struktur batu di lereng utara adalah rebah utara-selatan. Secara alami, columnar joint di dalam tanah posisinya berdiri (vertikal). Jika columnar joint secara alami rebah, maka orientasinya akan seragam misalnya seluruhnya mengarah ke utara.

Kedua, struktur batu columnar joint yang ditemukan di kedalaman 4 meter diselingi lapisan semen purba. Semen purba tersebut berfungsi sebagai perekat sehingga struktur bangunan menjadi sangat kokoh. Dr. Andang Bachtiar yang melakukan analisis terhadap semen menyatakan pada semen tersebut terdapat mono cristallin quartz, iron-magnesium oxides dan clay.

Oxide mengandung hematite, magnetite, dan unsur lainnya yang jelas bukan berasal dari pelapukan batu columnar joint.

Ketiga, hasil ekskavasi memperoleh temuan logam berupa terak besi buatan manusia di antara struktur batuan di lereng timur. Hasil analisis Laboratorium Uji Departemen Teknik Metalurgi dan Mineral Universitas Indonesia menunjukkan kadar besi dan carbon yang tinggi. Masyarakat yang membuat situs Gunung Padang telah mengenal pembakaran, pengolahan, dan pemurnian logam.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, jelas kiranya bahwa di bawah tanah Gunung Padang pernah terdapat aktivitas masyarakat masa lalu yang antara lain membuat struktur bangunan (manmade). Lapisan alami Gunung Padang jika mengacu pada hasil pengeboran kemungkinan besar terdapat pada kedalaman 18 meter dari permukaan tanah sekarang.[rmol/hta]

Pemantapan Sebelum Dipentaskan Diajang Bergengsi, Mantra Bah Tuah Mendulang Dukungan dan Apresiasi

Sebelumnya

Pakat Melayu, Tegaskan Komitmen Jaga Budaya Melayu

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya