post image
KOMENTAR
Penelitian yang dilakukan di sekitar kawasan cagar budaya situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, disambut baik pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Penelitian yang dilakukan sejak awal tahun 2012 lalu di sekitar situs megalitikum itu memperlihatkan bahwa ada bangunan lain buatan manusia pada masa lalu yang tertimbun di bawah susunan dan serakan bebatuan megalitikum di permukaan tanah seluas 900 meter persegi itu.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan yang juga mengikuti perjalanan penelitian itu turut mengapresiasi. Dalam perbincangan dengan Rakyat Merdeka Online di kediaman resmi di Gedung Pakuan, Bandung, Rabu sore (3/4), Ahmad Heryawan yang barusan memenangkan kembali pemilihan gubernur Jawa Barat, mengatakan dirinya ingin mendengarkan langsung penjelasan dari tim ahli lintas disiplin yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Dia mengakui bahwa penelitian yang dilakukan di kawasan situs megalitikum itu juga turut mendongkrak popularitas Gunung Padang sebagai salah satu objek wisata di Jawa Barat.

"Saya sudah mengikuti laporannya, dan ingin mendengarkan langsung dari para ahli yang ikut meneliti. Ini tentu harus kita apresiasi," ujarnya sambil menambahkan kontroversi yang mengiringi penelitian di Gunung Padang perlu didekati secara ilmiah.

Para ahli yang terlibat dalam penelitian yang kini dilakukan di kawasan timur di luar situs megalitikum itu antara lain adalah geolog DR. Danny Hilman Natawidjaja, paleosedementolog DR. Andang Bachtiar, arkeolog DR. Ali Akbar, ahli permodelan sipil DR. Budianto Ontowirjo serta praktisi arsitek dan kawasan Pon Purajatnika yang membuat model rekaan bangunan yang tertimbun itu. Para ahli lintas disiplin ini bergabung dalam Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang yang diinisiasi Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Andi Arief.

Uji karbon yang dilakukan laboratorium Beta Analytic Miami di Florida, Amerika Serikat, bulan November tahun lalu memperkirakan bahwa specimen dari kedalaman 5 hingga 12 meter di bawah permukaan situs megalitikum Gunung Padang berusia antara 14.500 hingga 25.000 tahun.

Sementara laboratorium Badan Atom Nasional (Batan) memperkirakan usia materi yang mengisi rongga di kedalaman 8 hingga 10 meter di bawah permukaan situs sekitar 11.600 tahun.

Hasil uji carbon kedua lembaga dalam dan luar negeri ini tentu mengagetkan dan menimbulkan banyak pertanyaan.

Penelitian ini berawal dari upaya mencari pola berulang kejadian bencana alam di kawasan-kawasan rawan bencana termasuk di patahan Cimandiri yang tidak jauh dari situs megalitikum Gunung Padang. Penelitian difokuskan pada Gunung Padang setelah peralatan geo radar dan geo listrik yang digunakan dalam penelitian kebencanaan merekam anomali geologi di bawah situs Gunung Padang.

Diduga kuat, anomali geologi ini memiliki kaitan dengan kejadian kebencanaan di kawasan itu pada masa-masa yang lalu.

Kembali ke Ahmad Heryawan. Pria kelahiran Sukabumi ini mengatakan akan mencari jadwal secepatnya untuk bertemu dengan DR. Danny Hilman dan kawan-kawan.

"Coba kita lihat minggu depan," demikian Ahmad Heryawan. [rmol/hta]

Pemantapan Sebelum Dipentaskan Diajang Bergengsi, Mantra Bah Tuah Mendulang Dukungan dan Apresiasi

Sebelumnya

Pakat Melayu, Tegaskan Komitmen Jaga Budaya Melayu

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya