post image
KOMENTAR

Pernyataan Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi yang mengatakan hasil hitung cepat lembaganya sudah tepat dan benar sehingga jika real count KPU berbeda maka KPU yang salah, tidaklah perlu diperdebatkan secara berlebihan.

Demikian disampaikan Guru Besar FE UI yang juga pendiri Rumah Perubahan, Rhenald Kasali kepada wartawan di Jakarta, Minggu (13/7/2014).

Rhenald mengungkapkan tak perlu membuat pernyataan Burhan menjadi isu yang liar hingga dibawa ke proses hukum. Pernyataan Burhan itu sebaiknya diperdebatkan dalam ranah ilmiah serta kritik membangun bagi kinerja KPU ke depan.

Saat ini, kata Rhenald, masyarakat menjadi bingung akibat adanya dua hasil hitung cepat (quick count) Pilpres 2014 yang berbeda yang ditayangkan beberapa televisi swasta nasional. Padahal, quick count itu berbasis science yang jika prosesnya dilakukan dengan benar maka tidak mungkin memunculkan perbedaan.

"Jadi sebetulnya ini bentuk kekecewaan orang yang memiliki basis science. Burhan kecewa dengan TV yang berani menampilkan quick count yang menurutnya masih dipertanyakan dasar ilmiahnya," tutur Rhenald.

Pernyataan Burhan itu, kata Rhenald, juga dapat dipandang sebagai kritik yang konstruktif bagi kinerja KPU. Sedari awal, seharusnya KPU bisa memprediksi persoalan ini sehingga jauh-jauh hari bisa memilih minimal dua televisi yang independen yang bisa dipercaya untuk menayangkan hasil quick count tersebut.

"Kesalahan KPU itu yang dikirtik Burhan," kata Rhenald.

Rhenald menambahakan, pihak yang mengatakan tunggu hasil real count justru harus diwaspadai. Pasalnya menurut Rhenald justru di tangan orang bias, real count itu bisa dimanipulasi. Tapi kalau metode ilmiah dilakukan dengan benar, ia justru bisa dipakai untuk memeriksa sebuah kebenaran.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menyatakan hasil surveinya yang paling benar, dan jika berbeda dengan hasil KPU, maka KPU dinilai tidak tepat.

"Kalau hasilnya nanti beda, bukan kami yang salah, namun ada kekeliruan di KPU," jelasnya.

Indikator mengeluarkan quick count pilpres 2014 pada 9 Juli kemarin dengan kemenangan Jokowi-JK 52,95 persen, sementara Prabowo-Hatta hanya mendapat 47,05 persen.[rgu]

Ganjar Pranowo Dilaporkan ke KPK, Apakah Prediksi Fahri Hamzah Terbukti?

Sebelumnya

Apple Kembali Alami Kenaikan Pendapatan, Kecuali di China Raya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa