post image
KOMENTAR
Stres di tempat kerja ternyata dapat secara signifikan meningkatkan risiko terkena sejumlah penyakit, terutama diabetes tipe 2.

Begitu hasil penelitian sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Institute of Epidemiology di Munich terhadap 5,337 pria dan wanita Inggris berusia antara 29 tahun hingga 66 tahun yang bekerja penuh waktu.

"Menurut data kami, sekitar satu dari lima orang dalam pekerjaan dipengaruhi oleh tingkat stres yang tinggi di tempat kerja," kata salah seorang peneliti, Profesor Karl-Heinz Ladwig.

"Kami tidak bermaksud menunjukkan stres pada pekerjaan normal, melainkan menekankan pada situasi di mana individu mengalami tuntutan yang sangat tinggi sedangkan ia hanya memiliki sedikit ruang untuk bermanuver atau mengambil keputusan," sambungnya dikutip Daily Mail (Minggu,17/8).

Ia menjelaskan, penelitian itu dilakukan dengan mengukur indeks massa tubuh, riwayat kesehatan keluarga, serta menayakan responden soal tingkat stres di tempat kerja. Definisi stres yang digunakan para peneliti itu adalah keadaan dimana individu berhadapan dengan tuntutan besar dalam pekerjaan, namun memiliki kontrol serta waktu yang sempit untuk menanganinya.

Hasil penelitian menemukan, mereka yang mengalami stres di tempat kerja, 45 persen berpotensi membangun penyakit diabetes di dalam tubuhnya.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychosomatic Medicine itu juga menemukan bahwa meskipun di antara pekerja memiliki indeks massa tubuh yang relatif atau tidak memiliki berat badan berlebih, namun mereka tetap memiliki potensi lebih besar untuk memiliki penyakit diabetes akibat stres.

Ia memperkirakan bila tren semacam itu terus meningkat, maka di Inggris jumlah penderita diabetes akan meningkat menjadi empat juta orang pada tahun 2025 dan lima juta orang pada tahun 2040.

Penelitian itu tidak menjelaskan lebih jauh soal seberapa tinggi tingkat pekerjaan yang menyebabkan diabetes. Namun paparan peningkatan kadar hormon stres secara terus menerus dapat merusak keseimbangan glukosa dalam tubuh. Kadar glukosa darah yang tinggi dapat merusak sirkulasi dan sejumlah organ tubuh.

Sejumlah gejala yang sering dialami namun bisanya tidak disadari adalah kelelahan, haus, sering buang air kecil, atau penyembuhan luka yang lambat. [rmol]

Inovasi Pemutus Rantai Penularan Tuberculosis Paru Melalui Wadah Berisi Lisol Terintergrasi Startegi Derectly Observed Treatment Shourtcourse (DOTS)

Sebelumnya

Cegah Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Kesehatan