post image
KOMENTAR
Kalangan pers diminta tidak menyebar fitnah dan pembunuhan karakter (character asassination) dalam pemberitaannya. Penyajian berita hendaknya tetap menghormati privacy seseorang, mengedepankan asas praduga tak bersalah serta selalu melakukan check and recheck sebelum menerbitkan sebuah berita.

Wartawan senior Kota Medan, yang juga Wakil Sekretaris DPW PAN Sumut Drs Agus Salim Ujung mengemukakan hal itu kepada wartawan, Kamis (19/9/2014), terkait dengan penyebaran berita secara massif yang menjurus pada fitnah menyesatkan pembaca yang menimpa dirinya.

Pemberitaan yang tidak pernah disertai konfirmasi kepada dirinya itu, kata Agus Salim Ujung, di antaranya terbit di Mingguan Anak Bangsa Post dan media online AnakBangsaPost.com yang menurunkan berita berjudul "Oknum Wartawan Harian Andalas Jadi Ceritaan di DPRDSU".

Di dalam isi berita antara lain tertulis : "Belakangan ini Drs Agus Salim Ujung kembali jadi ceritaan dari sebelumnya dulu juga kerap menjadi buah bibir dikalangan para kulitinta, karena kebiasaannya dalam hal soal uang bagi-bagi dari dinas tertentu".

Dalam hal ini, Agus Salim Ujung merasa dirinya tidak ada melakukan bagi-bagi uang dari dinas tertentu, sebagaimana dituduhkan dalam berita itu. Kemudian dalam bagian berita lainnya pada media itu juga ditulis "Praktek Drs Agus Salim Ujung melakukan "korupsi" yang dilakukan bersama kroni-kroninya ini membuat sejumlah wartawan DPRD Sumut berang.

"Bagaimana mungkin kami mau menerima Rp500 ribu dari Drs. Agus Salim Ujung. Sementara uang sebanyak tersebut 'ditilep' oknum yang mengaku-ngaku koordinator wartawan DPRD Sumut tersebut," ujar kalangan wartawan DPRD Sumut Nada geram.

Dalam hal penyajian berita Anak Bangsa Post yang tidak pernah dilakukan konfirmasi dalam rangka check and balances itu, Agus Salim Ujung merasa dirinya telah dizhalimi dan benar-benar dirusak reputasinya sebagai seorang jurnalis.

"Saya sama sekali tidak 'menilep' uang sebagaimana dituduhkan dalam berita itu," tegas Agus Salim Ujung, yang merasa dirinya telah diperlakukan dengan semena-mena dan terkesan tendensius dan hantam kromo.

Terkait dengan pola pemberitaan yang sangat tidak profesional itu, Agus Salim Ujung sangat menyayangkan, kebebasan pers yang seharusnya dikembangkan ke arah pola pemberitaan yang mendidik, dan memberi pencerahan kepada pembaca, kini telah dikotori dengan pola pemberitaan yang lebih mengedepankan opini ketimbang fakta.[rgu]

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Sebelumnya

Delapan Butir Maklumat KAMI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini