post image
KOMENTAR
Kondisi kesehatan Fahruddin Hasibuan sudah mulai membaik. Meski begitu, Ketua Forum Bela Rakyat Indonesia (FBRI) ini belum bisa bergerak bebas dan masih terasa panas dan ngilu di bagian perutnya.

"Celana saja sampai sekarang belum bisa diresleting, apalagi pakai tali pinggang," jelas Fahruddin seperti yang dilansir Rakyat Merdeka Online

Ketua LSM pegiat antikorupsi di Labuhanbatu Selatan, Sumatera Utara ini menjadi korban aksi penganiayaan, bahkan bisa disebut percobaan pembunuhan, pada Selasa pagi, 19 Agustus lalu. Saat itu, seperti diberitakan banyak media lokal, dia tengah mengendarai sepeda motor Honda Revo dengan nomor polisi BK 2528 YAC seorang diri dalam perjalanan dari Rantau Prapat (ibukota Kabupaten Labuhanbatu Induk) menuju Kota Pinang (ibukota Labusel).

Tepat berada di daerah persawitan atau sekitar 2 km dari Tolan Pekan, Kecamatan Kampung Rakyat, Labusel, dia dipepet sebuah sepeda motor Yamaha Vixion warna merah tanpa nopol yang dikendarai dua orang. Pengemudi mengenakan jeket hitam dan memakai helm; sementara orang yang dibonceng memakai jeket merah.

Setelah berhasil merapat, orang yang dibonceng tersebut menghunjamkan pisau belati kemudian yang mengemudi juga melakukan hal yang sama. Satu tikaman dari belakang tembus ke perut depan. Tusukan kedua dekat pusar masuk ke bagian dalam dengan kedalaman 25 Cm.

Tak pelak, Fahruddin terjatuh dari sepeda motor dan terkapar bersimbah darah di pinggir Jalan Lintas Sumatera tersebut. Saat keduanya hendak kabur, korban mendengar hardikan dari pelaku kepadanya: "Rasakan itu." Dia pun meminta tolong kepada pengguna jalan yang melewat. Dia kecewa kepada orang yang pertama kali melintas. Pasalnya, saat dimintai pertolongan, dua orang yang mengendarai sebuah Honda Revo hitam itu, justru berkata kasar kepadanya: "Mati kau ke situ. Di depan kau yang menikam itu." Makanya dia menduga, keduanya bagian dari pelaku yang menikamnya tadi.

Beruntung, ada pengguna jalan yang berbaik hati yang menolongnya dengan menghubungi pihak Puskemas setempat. Setelah itu, dengan menggunakan mobil patroli lalu lintas, korban lalu dibawa ke RS Aini, Bloksongo, Kota Pinang, untuk mendapatkan perawatan.

Kini sudah lebih dari sebulan Fahruddin mengalami insiden nahas tersebut. Tapi, katanya, sampai saat ini tidak jelas bagaimana pengusutan kasus kekerasan yang dialaminya.

Dia mengaku sudah pernah dimintai keterangan oleh pihak Kepolisian semasa di rumah sakit. Begitu juga tetangganya. Mengingat, sebelum kejadian tersebut, ada orang yang mencari-cari dimana rumahnya.

Namun, hanya sebatas dia dan tetangganya yang diperiksa. Pihak-pihak lain, termasuk mengusut otak intelektual di balik penikaman tersebut, belum disentuh Kepolisian. "Dugaan siapa pelaku, penyuruh dan apa motifnya sudah saya sampaikan semua ke polisi. Tapi belum jelas sampai sekarang, padahal sudah lebih dari sebulan ini," kesalnya.

Dia menengarai, aksi penganiayaan yang ia alami ini erat kaitannya dengan sebuah kasus korupsi yang diduga melibatkan pejabat Labusel bernilai puluhan miliar yang ia adukan ke Unit Tipikor Satreskrim Polres Labuhanbatu sebelumnya. Makanya Fahruddin menilai, penikamnya tersebut merupakan orang bayaran yang tak senang atas tindakannya melaporkan kasus tersebut.

Sementara itu, Kapolsek Kampung Rakyat, Iptu Jupiter Frans Simanjuntak, hanya menjawab singkat saat dihubungi untuk meminta penjelasan pengembangan penanganan kasus tersebut. "Saya lagi gelar perkara ini di Polres. Nanti habis gelar (perkara) saya telepon," jawab Iptu Jupiter Frans Simanjuntak.

Sebelumnya, Iptu D. Nainggolan yang saat kejadian menjabat Kanit Reskrim Polsek Kampung Rakyat, tak menyahut ketika dihubungi lewat sambungan telepon genggamnya. Pesan singkat yang dikirim untuk menanyakan perkembangan penanganan kasus penikaman terhadap Fahruddin tersebut, juga belum dibalas. [hta/rmol]

Anak Dan Ayah Keroyok Warga Hingga Tewas Di Medan

Sebelumnya

Ini Obat Cair Yang Digunakan Reynhard Sinaga 'Predator Seksual' Dalam Memperdaya Korbannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Kriminal