post image
KOMENTAR
Sejak tahun 1998, Situs Gunung Padang sudah menjadi cagar budaya berdasarkan Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1998 dan dikenal sebagai situs megalitik yang besar.

Situs ini menempati area seluas 3.094,59m2 di puncak bukit yang berupa struktur teras‐teras dari susunan batu‐batu kolom (columnar joint rocks). Situs ini sudah mulai diteliti oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Balai Arkeologi, dan institusi lainnya sejak tahun 1980‐an dan terus berlanjut setelah 1998 sampai tahun 2013.

Sejalan dengan itu, demikian sebagian resume laporan riset yang disampaikan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) kepada redaksi (Selasa, 7/10), situs ini juga sudah dijadikan tempat wisata. Walaupun situs megalitik ini sebetulnya sangat unik, cukup besar, dan berada pada lokasi yang sangat asri, namun sampai tahun 2011 masih jarang dikunjungi wisatawan.
 
Baru setelah TTRM melakukan penelitian sejak Oktober 2011 dan kemudian giat mempublikasikan hasil penelitiannya yang cukup mengejutkan dan menuai kontroversi maka mulai situs Gunung Padang ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai kalangan. Dari pengunjung yang hanya puluhan menjadi ribuan, kini  situs Gunung Padang sudah menjadi buah bibir di berbagai kalangan baik di dalam negeri ataupun luar negeri.
 
TTRM adalah yang pertama di Indonesia merintis penelitian dalam wilayah cagar budaya dengan pendekatan multi disiplin dan menggunakan hampir semua teknologi pemindaian permukaan dan bawah permukaan yang biasa dipakai dalam disiplin ilmu geologi dan geofisika.

Pendekatan dan teknologi yang digunakan ini sudah dilakukan di dunia internasional dan sudah masuk dalam materi perkuliahan di bidang arkeologi. Namun memang, untuk Indonesia, prakteknya masih sangat langka. Hal ini menjadi salah satu alasan kenapa penelitian TTRM menjadi kontroversi, khususnya di kalangan ahli arkeologi bahkan juga ahli geologi.
 
Selain penggunaan konsep dan metoda baru sejak ditemukannya situs‐situs besar budaya pada masa pemerintahan Inggris dan Belanda, seperti Candi Borobudur dan Trowulan , belum pernah ada lagi temuan monumen besar peradaban masa lalu sehingga temuan monumen besar di bawah permukaan situs Gunung Padang boleh dibilang menjadi temuan besar pertama sejak zaman kemerdekaan Indonesia.

Hal ini tentu juga menyebabkan banyak kekagetan dan "kecanggungan" dalam menyikapi dan menindaklanjutinya.[rgu/rmol]

Berhasil Kumpulkan Dana Rp 30 Juta, Pemkot Palembang Sumbang Untuk Beli APD Tenaga Medis

Sebelumnya

Virus Corona Menjadi Alasan Deretan Pasangan Artis Ini Tunda Pernikahan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ragam