post image
KOMENTAR
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin terpuruk dan sempat diperdagangkan pada kisaran Rp 13.000 per dolar AS.

Pemerintah melalui Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mencoba untuk menenangkan situasi dengan mengatakan bahwa penurunan nilai tukar terhadap dolar AS tidak hanya dialami rupiah. Penguatan nilai dolar AS adalah fenomena global. Dia mengatakan, dolar AS sedang pulang kampung.

Namun menurut ekonom senior DR Rizal Ramli yang juga pernah jadi menteri keuangan dan kini merupakan salah seorang anggota Panel Ahli PBB, pengetatan suku bunga yang dilakukan Bank Sentral AS, Federal Reserve Bank, tidak akan berdampak bagi Indonesia apabila fundamental ekonomi kuat.

"Jika fundamental ekonomi Indonesia sehat, dalam arti Neraca Perdangan, Neraca Transaksi Berjalan dan Neraca Pembayaran sehat, pengaruh pengetatan Fed Reserve Amerika akan sangat minimal," ujar Rizal Ramli.

"Tetapi bila fundamental tidak sehat dan negara mengalami quatro deficits, sedikit saja terjadi pengetatan moneter di Amerika, rupiah akan anjlok tajam," kata dia lagi.

Menurut Rizal Ramli, siapapun yang jadi presiden jika tidak punya program untuk mengurangi quatro deficits, rupiah akan terus anjlok ke Rp 14.000 dolar AS.

Sayangnya sampai saat ini menteri-menteri Jokowi hanya sibuk menyalahkan faktor internasional, tapi menjelaskan secara rinci apa yang akan dilakukan untuk mengurangi  quatro deficits,” demikian Rizal Ramli. [hta/rmol]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi