post image
KOMENTAR
BELAKANGAN ini, media massa ramai memberitakan 'begal'. Aksi begal merajalela diikuti tindakan main hakim sendiri masyarakat. Peristiwa begal dan aksi main hakim sendiri sebenarnya sudah sejak lama dan sering terjadi. Mengapa media massa baru sekarang ini menghebohkannya?

Begal dan tindakan kriminal sejenisnya adalah ekspresi hasrat liar bawah sadar. Ekpresi yang muncul dari pemenuhan dorongan nafsu dasar manusia. Motif dasar pembegal memuaskan naluri dasar (makan, minum, dan seksual) itu. Naluri dasar bersifat 'memaksa' dan 'segera'. Keinginannya 'harus' dipenuhi 'sesegera' mungkin. Caranya? Tidak peduli. Naluri dasar ini mesti punya kendali. Tanpa kendali diri pasti akan mengalami gesekan dengan hidup orang kebanyakan.

Di sisi lain, masyarakat bawah kebanyakan butuh 'pelampiasan'. Tekanan hidup terasa semakin menyesak diri. Himpitan ekonomi, ketersumbatan aspirasi politik, dan lemahnya supremasi hukum kian hari terpampang jelas. Minimnya ruang dialog terbuka di tengah-tengah masyarakat menyebabkan kegundahan tak terkanalisasi secara positif. Akhirnya, tekanan hidup semakin ditekan ke dalam diri masing-masing. Seperti bom waktu, tinggal tunggu meledak saja. Kalau meledak di dalam, orang itu akan stress dan meninggal. Kalau meledak di luar, orang-orang tertekan batin ini akan mencari 'pelampiasan', contohnya main hakim sendiri di jalanan.

Pembegal dan pelaku main hakim sendiri akhirnya bertemu di sebuah peristiwa. Pembegal beraksi pada korbannya. Pembegal tertangkap lalu menjadi korban amuk massa main hakim sendiri. Dari pelaku menjadi korban. Aksi begal dan main hakim sendiri adalah dua peristiwa di dalam satu peristiwa besar yang multitafsir. Menurutku, masyarakat kita sedang mengalami tekanan jiwa yang lumayan hebat. Ditekan situasi kondisi (sosial, politik, kultur, dll.) dan kebutuhan material.

Pemberitaan begal dan main hakim sendiri mesti dibaca dari banyak sisi. Begal dan main hakim sendiri tidak berada di ruang hampa. Diakui atau tidak, faktor ekonomi, sosial, kultural, politik, dan penegakan hukum berkontribusi dalam hal ini. Masyarakat sedang mengalami tekanan jiwa. Jiwa adalah lapisan halus dan terdalam dari manusia. Oleh karena itu, masih belum cukup untuk memahami suatu masalah bila kita hanya melihat sisi luar penampakannya saja.

 *Praktisi simbol dan meditasi

'Orang Kampus' Deadlock?

Sebelumnya

Absurditas "Kami Tidak Takut"

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel TaraTarot