post image
KOMENTAR
SUDAH jamak diketahui, manusia itu tidak pernah 'melupakan'. Setiap pengalaman hidup terekam di memori yang terendap di bawah sadar. Endapan itu suatu saat akan muncul kembali ke permukaan sadar.

Banyak dari endapan itu ada pengalaman traumatik masa lalu atau pengalaman tak mengenakkan. Pengalaman yang coba 'dilupakan'. Namun, pada kenyataannya ia 'tidak dilupakan' tetapi 'ditekan' ke alam bawah sadar. Pengalaman itu kemudian dibawa kemana-mana. Setiap kali 'ia' hendak muncul ke permukaan seketika itu pula 'ditekan' kembali oleh alam sadar sambil berucap "Aku sudah melupakannya". Endapan pengalaman itu akhirnya berputar-putar dan membentuk medan energi di bawah sadar. Inilah yang dikenal dengan sebutan 'sisi gelap' manusia.

Sisi gelap itu menyokong sikap dan prilaku keseharian. Sokongan sisi gelap ini bekerja tanpa disadari. Tak disadari karena pikiran sadar manusia terlampau hipokrit mengakui keberadaan sisi gelap dirinya ini.

Tidak menyadari endapan bawah sadar menyebabkan kegelisahan jiwa. Jiwa menjadi labil. Kegelisahan muncul berulangkali tanpa diketahui sebab musababnya. Hal ini karena alam sadar begitu 'tak jujur' pada faktor penyebabnya, yaitu trauma-trauma yang terendap di bawah sadar. Bila dibiarkan berlarut, penyakit fisik akan silih berganti menghampiri. Dari satu penyakit ke penyakit lain. Tak sedikit yang mengira ini sakit fisik semata padahal akibat faktor kejiwaan yang kacau.

Mengenali cara kerja pikiran sadar dan bawah sadar itu penting. Mengenalinya berarti mempelajari manusia, tak lain tak bukan, memahami diri sendiri. Dari pemahaman atas diri sendiri akan ditemukan akar masalah kejiwaan berikut solusinya.

Setiap individu itu unik. Masing-masing orang punya pengalaman hidup khas. Pengalaman traumatik penyebab kegelisahan jiwa hanya bisa ditemukan individu itu sendiri. Faktor eksternal, seperti terapis, adalah instrumen pendukung. Elemen utamanya si individu pembongkar memori bawah sadar endapan pengalaman hidup yang telah dilalui. Pengalaman hidupnya sendiri.

Sisi gelap dalam diri adalah sebuah perumpaan. Seperti sebuah ruangan, gelap adalah ketiadaan cahaya. Ruangan adalah jiwa itu. Cahaya adalah pengetahuan dan penerimaan diri seutuhnya. Menggali serta membawa pengalaman traumatik masa lalu ke dalam ruang sadar kekinian adalah langkah awal penerangan sisi gelap diri. Selanjutnya, menerima dan mengubah persepsi atas peristiwa masa lampau itu adalah cahaya penerangnya. Penerimaan diri seutuhnya tanpa syarat. Memandang setiap perjalanan hidup yang telah dilalui sebagai pelajaran. Tidak mencoba membohongi diri sendiri karena pekerjaan mustahil lagi sia-sia.

Menolak diri sendiri itu tidak mungkin. Kemana-mana diri itu juga yang dibawa. [***]

'Orang Kampus' Deadlock?

Sebelumnya

Absurditas "Kami Tidak Takut"

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel TaraTarot