post image
KOMENTAR
SEPERTI laiknya tahun yang sudah-sudah, pada peringatan hari jadinya yang ke-425, Kota Medan pun tetap sepi. Bukan lantaran sebuah insiden kecelakaan Pesawat Hercules C-130 pada Selasa (30/6) siang, Kota Medan memang seakan tak semarak dan bergairah pada hari bersejarah ini. Bukan pula karena khusu'nya ibadah bulan ramadhan, maka tak ada petasan untuk penyambutan 1 Juli.

Demikianlah, pada dinihari 1 Juli, Medan seperti kota mati. Sesekali terdengar raungan sirine patroli polisi maupun ambulance. Di kejauhan, suara petasan pun sesekali terdengar. Dan itu adalah petasan yang dinyalakan  setiap kali malam menjelang di bulan Ramadhan.

Bila di kota-kota besar lain di Indonesia ini, semarak hari jadi ibukota digelar dengan sederet upacara, perayaan, syukuran, pengajian dan sejenisnya, maka di Medan, Patung Monumen Pendiri Kota Medan Guru Patimpus Sembiring Pelawi di bilangan Petisah dibiarkan meringkuk sepi kedinginan sendiri.

Bila di kota besar sejumlah hiasan dan ornamen megah menghiasi sejumlah sudut kota pada saat menyambut hari bersejarahnya, tidak demikian dengan Medan, ibukota Propinsi SUmatera Utara.

Hotel-hotel tak menyambut dengan keriangan lampu-lampu aneka warna yang menunjukkan kepada tamunya, bahwa usia Medan sudah menginjak 425. Kantor pemerintah seolah lupa, bahwa selain hari Bhayangkara, 1 Juli pun adalah hari berdirinya Kota Medan. Demikianlah warga Kota Medan sepanjang tahun merayakan hari bersejarahnya dalam suasana bersahaja dan apa adanya.

Pada akhirnya, perayaan memang sekadar upacara yang hukumnya sunnah.

SIlakan dilakukan, silakan pula ditinggalkan.

Namun, sebagaimana spirit yang dibangun kota-kota lain di Indonesia raya ini, sudah sepantasnya pula keriangan dibagikan cuma-cuma kepada warga yang diam-diam hidup dalam kengerian.

Ngeri karena ternyata seremoni tak memiliki arti apa-apa. Ngeri karena ternyata harapan hanyalah mimpi belaka. Ngeri karena ternyata "Madan" yang dimaksudkan Guru Patimpus ternyata hanya membuahkan Medan Metropolitan yang asing dan jauh dari penyembuhan.

Dinihari, 1 Juli. Sebagian warga Medan masih terlelap  di dalam mimpinya. Sebagian masih memberikan evakuasi korban Hercules, sebagian masih mencari menu  bakal santap sahurnya. Sebagian mempersiapkan hari raya, sebagian larut dalam upaya suksesi pemilihan walikota. Dan di sana, Patimpus hanya sebuah monumen yang bisa jadi tak memiliki arti apa-apa.

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Sebelumnya

Delapan Butir Maklumat KAMI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini