post image
KOMENTAR
Sebagai kota multikulturalis, Kota Medan tidak bisa disamakan dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Ibu kota Sumatera Utara ini merupakan kota unik yang harus dipimpin oleh orang yang memahami pluralisme. Dengan demikian, Kota Medan yang dihuni lebih dari 13 etnis menjadi sebuah kota sejahtera.

 Demikian perbincangan dalam silaturahim Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution dengan pengurus Persatuan Gereja Indonesia (PGI) Wilayah Sumatera Utara (Sumut). Hadir pada pertemuan tersebut Ketua Umum PGI Wilayah Sumut, Pdt DR Jamilin Sirait, Ketua Umum DPD PDI Perjuangan Japorman Saragih, Ketua Fraksi PDI-Perjuangan DPRD Sumut Budiman Nadapdap, Sekretaris Tim Pemenangan BENAR, unsur pengurs PGI Sumut dan unsur pengurus PDI-Perjuangan Sumut di Kantor PGI Wilayah Sumatera Utara, Jalan Selamet Ketaren, Medan Estate, Senin (5/10).

Dihadapan pengurus PGI Sumut, Eldin memaparkan sejumlah program pemerintah lima tahun mendatang. Diantaranya pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan terpenting adalah pluralisme. Konsep pendidikan, semua anak di Kota Medan wajib sekolah, pemerintah tidak membenarkan siswa tak bersekolah. Karena sekolah diberikan gratis kepada seluruh siswa sekolah negeri. Selanjutnya, kesehatan. Fasilitas kesehatan ditambah, seperti pembangunan rumah sakit type C di Medan Deli, penambahan fasilitas kesehatan di Puskesmas serta warga Kota Medan kurang mampu diberikan BPJS gratis.

"Infrastruktur kita, Kota Medan pada 2016 hingga 2017 akan berdiri tiga fly over di Simpang Kampung Lalang, Pondok Kelapa, Simpang Cemara. Kemudian satu lagi under pass di Titi Kuning, serta sejumlah pelebaran jalan dan penambahan ruang terbuka hijau seperti kuburan," katanya.

Khusus untuk kerukunan beragama, Eldin menerangkan, pluraslisme atau paham keberagaman tidak lagi menjadi "tembok" pemisah antar pemeluk agama di Medan. Melainkan, keberagaman agama menurutnya menjadi salah satu kondisi yang membuat Medan menjadi sangat istimewa. “Apalagi selama ini keberagaman ini tidak pernah memicu riak apapun di Medan. Makanya saya selalu mengatakan, saya selalu bersedia menjadi "pelayan" bagi warga Kota Medan tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada," ungkapnya.

Mendengar paparan Dzulmi Eldin, sejumlah pengurus tidak memberikan pernyatan. Melainkan menyatakan program yang diusung sudah sangat baik. Di mana, Kota Medan merupakan kota unik yang sangat spesial di Indonesia. Sehingga dibutuhkan tangan-tangan trampil dalam menjaga pluralisme.

Pdt Jamilin Sirait mengatakan, PGI  tidak berpolitik secara praktis, tapi kami berharap masyarakat cerdas dalam memilih yang sudah dikenal, dan berjiwa nasionalis. Salah satu yang menjadi fokus perhatian PGI menurutnya yakni adanya komitmen dari pasangan tersebut untuk senantiasa menjadi "pelayan" masyarakat tanpa membedakan antara golongan.

"Menurut saya ini yang harus menjadi perhatian. Multikultiralisme itu tidak bisa dilihat hanya dari bentuknya saja, melainkan harus dinilai dari hati. Dengan demikian maka kita bisa memahaminya dengan sepenuh hati," ungkapnya.

Jamilin menegaskan, usai pertemuan tersebut mereka semakin bisa menilai kepribadian Dzulmi Eldin yang sangat memahami pentingnya keberagaman. Dengan demikian, isu agama yang dilontarkan untuk menjatuhkan pasangan tersebut menurutnya hanya sebagai sebuah intrik politik untuk menurunkan elektabilitas Eldin.

"Setelah mendengar apa yang dipaparkannya sangat yakin bahwa Eldin sangat memperhatikan persoalan Medan yang multikulturalis. Tidak membeda-bedakan pelayanan berdasarkan golongan," ujarnya.

 Lebih lanjut, dia mengimbau, warga Kota Medan harus cerdas dalam menentukan pilihan dan pilihlah yang sudah dikenal pada Pilkada Medan, 9 Desember 2015 mendatang.[rgu]

Penundaan Pelantikan Kepala Daerah di Kepulauan Nias akan Membuat Kepulauan Nias Semakin Mundur!

Sebelumnya

Maju di Pilkada Sumut, Sofyan Tan Pasti Punya Hitung-hitungan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga