post image
KOMENTAR
Debat kandidat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Medan, akhir pekan kemarin, menjadi ajang penghinaan terhadap orang Medan.

Wakil Ketua DPRD Medan H. Iswanda "Nanda" Ramli dan Ketua Komisi D DPRD Medan H. Ahmad Arif, yang hadir menyaksikan jalannya debat di Grand Ballroom Hotel Aston, menyesalkan kondisi tersebut. Sebagai orang Medan, keduanya turut merasa tersinggung.

"Mewakili rakyat Kota Medan, saya dan kawan-kawan dewan hadir di acara debat untuk mendengarkan program-program unggulan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota Medan periode 2016-2021. Tapi, yang kemudian kami dengar adalah orang-orang Jakarta menghina orang-orang Medan. Sepertinya, tak ada yang beres di Kota Medan selama ini," ujar Nanda Ramli kepada wartawan di Medan, Senin (12/10).

Hal senada diutarakan Ahmad Arif. "Rasa-rasanya, mereka seperti orang-orang hebat yang datang dari Jakarta untuk memperbaiki segala hal di Medan," tukasnya.

Sebenarnya, ungkap Nanda maupun Arif, secara umum konsep debat kandidat dalam rangka Pilkada Medan 2015 itu cukup baik. Panelis yang dihadirkan adalah figur-figur berkualitas dari berbagai kampus di Medan, yakni Prof. Syawal Gultom, Prof. Ida Yustina, Dr. Syaidurahman, Dr. Marzuki dan Prof. Syaad A Sembiring. Yang didaulat sebagai moderator, juga sosok yang selama ini dikenal netral dan memiliki visi politik sangat baik, yakni Ahmad Taufan Damanik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP-USU).

Saat moderator memberi kesempatan, Pasangan No 1 (H.T. Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution) secara singkat menjelaskan visi "Medan Rumah Kita" yang meeka usung. Dengan melibatkan peranserta masyarakat Medan, kedua calon pemimpin ini mengaku akan meningkatkan kualitas infrastruktur, seperti jalan, jembatan dan drainase.

Di sektor kesehatan dan pendidikan, keduanya akan mempersiapkan sarana yang merata untuk semua kawasan. Semua kecamatan di Medan harus memiliki SMU negeri. Dan, untuk kawasan Utara Kota Medan segera berdiri RSU tipe C, agar RSU Pirngadi Medan tidak lagi kelebihan beban pasien seperti selama ini.

Dari sisi administrasi kependudukan, kualitas layanan aparatur akan ditingkatkan dengan penguatan sistem pengawasan. Diakui, layanan admistrasi kependudukan selama ini masih belum memuaskan masyarakat.

Untuk bidang ketenagakerjaan, Eldin-Akhyar mengaku akan memadukan program investasi dengan industri kreatif, pariwisata dan kesenian lokal. Lapangan kerja diyakini akan tumbuh seiring meningkatnya investasi di Medan.

Saat panelis melakukan pendalaman, dengan pertanyaan bagaimana visi dan program unggulan dapat berjalan sesuai harapan, Pasangan BENAR (Bang Eldin-Akhyar) menjelaskan akan mengedepankan transparansi. Pola ini memungkinkan seluruh masyarakat dapat menjadi pengawas jalannya pembangunan.

Transparansi, akan diwujudkan pasangan ini dengan penerapan sistem berbasiskan teknologi informasi, yang dengan mudah bisa diakses masyarakat. Dalam hal penganggaran, akan diterapkan sistem e-budgeting. Pengadaan barang dan jasa, diterapkan mekanisme e-procurement. Selain mudah diakses, penerapan sistem berbasiskan teknologi informasi ini juga lebih ramah lingkungan, lantaran tidak lagi menggunakan kertas sebagai pelengkap administratif (paper less).

"Sampai di sini, kita masih serius mendengarkan. Tapi, suasana berubah sangat tidak mengenakkan ketika Pasangan No 2 mendapat kesempatan bicara," ungkap Nanda.

Apa masalahnya? Menurut Nanda maupun Arif, pasangan yang juga dikenal dengan REDI (Ramadhan Pohan-Eddie Kusuma) ini sejak awal bicara langsung memberi kesan bahwa kondisi Kota Medan amat buruk. Begal merajalela, tiap 500 meter terdapat jalan berlubang, banjir selalu mengancam, dan aparatur pemerintahan bermental korup.

"Bicara begal seperti itu, mengesankan bahwa aparat keamanan di Medan tidak bekerja. Saking bersemangatnya, Eddie Kusuma menyebut masyarakat Kawasan Utara Medan sebagai warga Jakarta Utara. Pokoknya, bagi Pasangan No 2, sedikitpun tak ada yang bagus tentang Medan," tukas Arif.

Jika pasangan No 1 menyebut program unggulannya akan selesai dikerjakan dalam tempo dua tahun, ungkap Arif lagi, Pasangan No 2 justru tak menjelaskan bagaimana teknis mereka menjalankan pembangunan.

"Pokoknya, yang kita tangkap dalam acara tersebut, ada dua orang datang dari Jakarta ingin mengubah Kota Medan. Poster-poster yang dibawa timnya ke dalam ruangan debat juga bertuliskan lu dan gue, kayak orang-orang Jakarta ngomonglah," timpal Nanda.

Terpisah, Kapolresta Medan Kombes Mardiaz Kusin Dwihananto mengatakan saat ini pihaknya telah bekerja sesuai tugas pokok dan fungsi, untuk menjamin keamanan dan kenyamanan masyarakat Medan. "Mungkin beliau (Pasangan REDI) menganggap itu isu bagus. Pernah juga kita dengar, beliau mengatakan hal seperti itu tidak akan terjadi kalau dia terpilih jadi Walikota Medan. Kalau memang dia punya kiat, kenapa tidak didiskusikan dengan kita?" tutupnya.[rgu]

Penundaan Pelantikan Kepala Daerah di Kepulauan Nias akan Membuat Kepulauan Nias Semakin Mundur!

Sebelumnya

Maju di Pilkada Sumut, Sofyan Tan Pasti Punya Hitung-hitungan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga