post image
KOMENTAR
Sejak mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dari Kemenkumham RI, kopi arabika Sumatera-Simalungun semakin berkembang pesat. Bahkan, eksportir yang tertarik bekerjasama bukan hanya Amerika saja, namun juga Eropah, Jepang hingga Korea.

"Kemajuan ini berkat Kelompok Tani Namanis, yang tetap konsisten dan konsekwen dalam mengembangkan kopi arabika Sumatera-Simalungun ini. Apalagi, pada 9 Nopember 2015 lalu, kopi arabika jenis organik juga mendapatkan sertifikasi organik dari Kementan RI. Kita sangat bersyukur untuk hal ini, dan akan tetap fokus mengembangkan kopi arabika jenis organik ini," ujar Pemilik Home Industry Kopi Arabika Organik dan Kopi Sabas di Sinaman II Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun Sumut Ludi Antoni Damanik kepada MedanBagus.Com, Selasa (12/1).

Dia mengungkapkan, kopi arabika organik yang dikembangkan Kelompok Tani Namanis, dalam beberapa tahun ini semakin diminati mancanegara, terutama Perusahaan Kopi dunia, yakni Starbuck. Bahkan, berkat kemajuan ini, banyak eksportir lainnya yang ingin bekerjasama.

"Karena itu, kita akan tetap menjaga kualitas kopi arabika organik ini," ucap Ludi yang juga sebagai Sekretaris Umum FGD Inisiator Sekaligus Petani Pakar Binaan BI Regional IX Sumut-Aceh dan Perwakilan Petani Pakar BI KWP Siantar ini.

Dikatakannya, kopi arabika organik yang dikelola kelompok Tani Namanis seluas 207 hektare (ha). Negara-negara maju yang sudah terjalin kerjasama dalam MoU, sangat mengapresiasi hasil dan kualitas kopi arabika Sumatera-Simalungun ini. Bahkan, harga pun di tahun 2015-2016 semakin meningkat, dibandingkan tahun 2015.

"Saat ini harga Rp 115.000 per kg, sementara di tahun 2014 berkisar Rp 85.000-Rp 87.000 per kg. Kenaikan harganya cukup signifikan. Namun, untuk produksi di tahun 2015, kita agak menurun dibanding tahun 2014 lalu, dan ini akibat dampak erupsi Gunung Sinabung. Turunnya berkisar 20 persen, yakni, hanya mencapai 63 ton untuk jenis greenbean, sementara target kita 80 ton. Sedangkan, di tahun 2014, kita mampu memenuhi target, yakni memproduksi sebesar 87 ton," ungkapnya.

Tetapi, lanjutnya, meski tidak mencapai target, Kelompok Tani Namanis mendapat keuntungan dari segi harga yang cukup tinggi. Hal ini, dikarenakan meski dampak erupsi Gunung Sinabung mempengaruhi, namun hanya dari segi produksi semata, sementara dari segi kualitas tidak berpengaruh sama sekali.

"Saya berharap, Kelompok Tani Namanis tetap terus konsisten dalam mengembangkan kopi arabika organik ini," pesannya.[rgu]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi