post image
KOMENTAR
Negara dan agama merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Hal ini karena negara dan agama "berjalan" pada "jalan raya tunggal" besar yang didalamnya terdapat seluruh sendi kehidupan. Demikian disampaikan Pdt Saut Hamonangan Sirait disela bedah buku hasil karyanya berjudul "Negara Dalam Rancangan Tuhan" di Sopo Bolon, HKBP Sudirman, Medan, Rabu (1/6).

Menurut rohaniawan yang juga menjabat sebagai anggota Anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) ini, agama dan negara menjadi dua dimensi yang harus berperan dalam membawa umat manusia untuk menata kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan yakni agar manusia hidup dengan penuh kedamaian dan kesejahteraan.

"Agama harus mampu menata materi spiritualitas yang merujuk pada segala dimensi kehidupan, sedangkan negara menata realitas yang harus menerima roh/spiritual yang ditata oleh agama," katanya.

Saut menjelaskan, dalam pertemuan Negara dan Agama dalam sebuah situasi yang disebutnya sebagai "jalan raya tunggal" tersebut tidak dapat dinafikan adanya berbagai persoalan. Persoalan tersebut antara lain lemahnya supremasi hukum, persoalan korupsi, pelanggaran aturan, licik dengan memanfaatkan aturan yang ada dan lainnya. Dalam kondisi inilah menurutnya kehadiran Agama dan Negara yang berjalan beriringan menjadi hal yang diharapkan mampu menghapuskan seluruh persoalan-persoalan tersebut.

"Harus ada perjumpaan antara Negara dan Agama secara konkrit dalam hal ini. Tidak bisa persoalan spiritual yang diatur oleh agama berjalan berlawanan arah dengan persoalan material yang diatur negara. Harus berjalan bersama meskipun tidak bisa disatukan," ungkapnya.

Hal senada disampaikan Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Jimly Asshiddiqie yang hadir sebagai narasumber bedah buku tersebut. Menurutnya, pemikiran seperti yang disampaikan oleh Saut H Sirait dalam bukunya tersebut sangat dibutuhkan di era reformasi saat ini. Bukan hanya untuk agama Kristen, namun bagi agama lain Islam, Hindu, Budha, Katholik pemikiran seperti ini menurutnya sangat penting ditengah berbagai kemerosotan moral penyelenggara saat ini.

"Jadi agama itu bukan untuk mengatasi negara dalam hal ini, melainkan memberikan bimbingan moral bagi penyelenggara negara dalam menjalankan dinamika negara baik ekonomi maupun politik yang belakangan ini terkesan hanya mengandalkan sikap pragmatis dan hedonis," ujarnya.

Dalam kondisi seperti ini, peranan agama dalam hal ini Gereja, Masjid dan lainnya menurut Jimly sangat diperlukan. Agar seluruh sendi kehidupan tidak selalu dipandang dari kacamata materi.

"Jadi pemikiran Pendeta Saut ini sangat perlu di zaman sekarang ini," ungkapnya.

Hal senada disampaikan Ketua Persatuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pdt Albertus Patty. Secara khusus untuk peranan gereja dalam bernegara, pemikiran yang dikemukakan oleh Saut Sirait dalam buku tersebut menurutnya menjadi jawaban dari persoalan internal gereja-gereja di Indonesia saat ini. Dimana, kehidupan gereja semakin berkembang namun pengaruhnya semakin kecil.

"Bahkan gereja kerap menganggap tujuan utama mereka ada terletak pada bangunannya dan kemegahannya. Itu salah, tetapi gereja haruslah berperan besar dalam membantu pemerintah untuk menjalankan negara sesuai koridor rohani," ujarnya.

Selain Prof Jimly Asshiddiqie dan Pdt Albertus Patty, Praeses Distrik VII HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) Samosir Pendeta Debora Purada Sinaga juga turut menjadi pembicara dalam bedah buku tersebut. Ia mengatakan peran gereja yang kini juga sangat dibutuhkan adalah dalam memperjuangkan kesetaraan gender. Gereja menurutnya sangat berperan dan harus mampu memberi peran aktif dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi berkaitan dengan perempuan dan anak.

"Kita tidak harus berpolitik untuk menyikapi hal tersebut, karena melalui gereja kita bisa mendorong terciptanya kesetaraan gender," ungkapnya.

Bedah buku tersebut dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai elemen masyarakat lintas agama. Momen ini menurut Ketua Panitia Sahat Evan Simatupang, menjadi momentum bagi kaum gerejawi dalam memandang pentingnya kehadiran agama dalam menata kehidupan bernegara yang baik.

"Ini sekaligus memang kita rangkai dengan hari kelahiran Pancasila dimana didalamnya terkandung seluruh ajaran terbaik dalam membangun negeri ini," demikian Sahat.[rgu]

Rajudin: Kehadiran PPPK Jangan Sampai Menyingkirkan Guru Honor

Sebelumnya

Sekolah Ditutup 14 Hari, Gubernur Edy Rahmayadi: Belajar Dirumah

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Pendidikan