post image
KOMENTAR
Apa kabar Medan? Apa kabar warga Medan?

Untuk saudara-saudara di Medan yang sering merasakan kerasnya persaingan, baik itu dalam bidang ekonomi, sosial, ataupun politik, jangan pernah jengah. Mungkin Medan memang diciptakan untuk menjadi kota yang tetap dapat bertahan dan berdiri di tengah kontestasi ruang yang pelik. Oleh sebab itu juga Medan mungkin memang ditakdirkan memiliki nama sebagaimana yang telah dipakai dari kurang lebih 400 tahun yang lalu.

Medan, ada sebagian pihak yang mengartikannya sebagai madan atau madani yang sesuai KBBI berarti suatu tempat yang berhubungan dengan perkotaan dan menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yg ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yg berperadaban. Jika merunut pada bahasa Karo, kata Medan berarti sehat. Kental hubungannya dengan Karo yang terkenal dengan pengobatan tradisional, selalu terbantu oleh alam untuk mendapatkan kesembuhan. Atau bisa juga kita dekatkan dengan perumpamaan arab 'Median' yang berarti pusat, sama dengan arti kata Medan sesuai KBBI.
 
Seluruh asal kata yang baik-baik dan mulia itu menjadi bukti betapa tinggi tingkat spiritual dan betapa mulia cita-cita sang pendiri kota Medan. Kota Medan tidak pernah dicitakan untuk menjadi kota yang penuh dengan kesengsaraan seperti yang sedang dimaklumi warganya saat ini.

Apa yang menjadi masalah hingga segenap realita yang terjadi di Medan justru tidak lagi menggambarkan makna mulia namanya? Salah kita-kita yang menetap dan cari 'makan' di Medan atau ada gangguan dari pihak luar?

Keduanya memang menjadi penyebab. Lihat saja, seberapa banyak kita-kita yang menetap dan cari 'makan' di Medan masih memiliki ingatan tentang bagaimana dan untuk apa kota Medan dibangun? Jika ingatan itu saja tidak ada lagi di alam sadar kepala yang tidak lebih besar dari kelapa ini, bagaimana mungkin kita mampu mengaktualisasikan dan mengeksistensikan diri dengan benar? Kita tidak lagi memiliki semangat dari nilai dasar Medan.

Bagaimana dengan pihak luar? Persetan dengan pihak luar. Siapapun tidak dapat mengganggu jika bahtera rumah tangga dirawat dengan baik dan benar, idealnya. Tapi realitanya, lihat bagaimana Medan hari ini? Jika teridentifikasi ada pihak luar yang sedang mengganggu dan memiliki niat jahat di Medan, maka kita akan mendapat kesalahan ganda. Itu membuktikan kita tidak baik dan benar dalam merawat bahtera rumah tangga Medan ini.

Tidak heran banyak saudara-saudara yang menetap dan cari 'makan' di Medan merasa teraniaya. Jika saja saudara-saudara yang merasa teraniaya ini, termasuk aku, jika dapat mengarungi waktu hingga 300-400 tahun yang lalu, akan pangling tidak mengenali kota Medan. Pangling melihat Medan yang pasti indah dan nyaman untuk ditinggali, sebab sehat, menjunjung tinggi norma, hukum (kearifan lokal), iman, ilmu, tekhnologi diracik menjadi sebuah tatanan kota.

Tenang, tidak ada masalah yang tidak dapat dicari solusi penyelesaiannya, kota yang begitu sesak dengan kesengsaraan ini tetap mampu bangkit. Bangkit mencapai nilai asli Medan. Namun untuk bangkit, terlebih dahulu kita wajib kembali ke 400 tahun yang lalu.

Tidak perlu mesin penjelajah waktu, cukup kembalikan ingatan kita kepada semangat kota Medan pada 400 tahun yang lalu. Berikan rangsangan kepada setiap saraf di otak agar mampu mengingat bagaimana dan untuk apa kota Medan dibangun oleh Guru Patimpus.

Dari titik itu, harusnya kita tahu bagaimana dan kemana kota Medan akan dibawa? Kita harus kembalikan Medan pada nilai dasar yang mulia itu. Apakah kita ingin mewariskan puing-puing reruntuhan, sisa-sisa peradaban untuk anak cucu? Aku tidak mau, entah kalau kau.

#NikmatnyaSeranganFajar


 



    
 

Jutaan Umat Islam Indonesia Telah Bersatu Dalam Gerakan Masif, Tak Pernah Disangka

Sebelumnya

Ketergilasan Gerakan Masif Jutaan Umat Islam Indonesia

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Serangan Fajar