post image
KOMENTAR
NALURI kleptokrasi anggota DPR kumat lagi. Kemarin anggota Komisi III DPR yang juga Wakil Bendahara Umum Partai Demokrat, berinitial IPS alias I Putu Sudiartana kena OTT. IPS ditangkap di rumah dinasnya, Ulu Jami, Jakarta Selatan.

Penangkapan ini terbilang mengejutkan. Itu karena sehari sebelumnya IPS berbuka puasa bersama KPK dan foto bersama pemimpin lembaga pemberantas korupsi itu.

Makanya tak lama setelah penangkapan, foto buka bersama Komisi III dengan KPK langsung beredar secara meriah di sosmed dan ponsel. Dalam foto itu IPS berdiri di samping kanan Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan. Di depannya duduk Ketua KPK Agus Rahardjo dan Wakil Ketua Komisi III Benny K Harman.

Senyum IPS yang mengenakan jas hitam dan kemeja putih mengembang seolah memperlihatkan keceriaan dan keakraban dengan para pemimpin KPK.

KPK sendiri mengundang Komisi III DPR berbuka bersama sebagai agenda rutin dalam bulan Ramadan. Tidak terdengar sama sekali bakal ada OTT terhadap anggota DPR.

Naluri kleptokrasi rupa-rupanya memang sudah jadi insting para anggota DPR.

Apakah itu naluri kleptokrasi? Apakah artinya? What's the meaning? Opo artine? Naon hartina?

Artinya tak lain dan tak bukan adalah naluri maling. Naluri pengutil. Kleptokrasi berasal dari bahasa Yunani, cleptes (pencuri), istilah ini mengacu kepada sistem yang mengambil uang yang berasal dari publik untuk memperkaya kelompok tertentu atau diri sendiri.

Parlemen kita secara umum mengalami persoalan dengan citra lembaga. DPR boleh dibilang dengan naluri kleptokrasinya telah dan masih saja mengembangkan demokrasi kriminal. Demokrasi kriminal hanya akan menghasilkan para pejabat publik yang melahirkan kebijakan kriminal.

Indikasi lahirnya kebijakan kriminal itu dibuktikan dengan banyaknya Undang undang dan berbagai peraturan neoliberal di bidang ekonomi, yang hanya menguntungkan pemodal asing dan pemodal besar dan memiskinkan rakyat.

Sudah bukan rahasia misalnya anggota DPR kita yang menyusun UU gampang disogok. Mereka juga tidak paham bahwa neolib adalah pintu masuk bagi neokolonialisme. Soekarno pernah mengatakan, setelah merdeka para kolonialis akan kembali berusaha menjajah. Mereka tidak datang dengan tentara atau gubernur jenderal. Mereka akan menjajah lewat kebijakan ekonomi yang liberal. Sinyalemen Soekarno itu kini menjadi kenyataan.[rgu/rmol]

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Sebelumnya

Delapan Butir Maklumat KAMI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini