post image
KOMENTAR
Pemerintah mesti membuka terang benderang kronologi terbunuhnya Santoso alias Abu Wardah, gembong Mujahidin Indonesia Timur (MIT), yang ditembak aparat di pedalaman pegunungan Poso, Senin lalu (18/7).

Wakil Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Puri Kencana Putri, mengatakan, selama ini publik tidak punya akses untuk mengetahui kronologi dari perburuan sampai baku tembak yang akhirnya menewaskan Santoso

"Pemerintah harus menjelaskan proses perburuan panjang terhadap Santoso," ujar Puri Kencana Putri.

Sejauh ini, publik tahu bahwa Santoso ditembak mati oleh prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad yang tergabung dalam Operasi Tinombala, dalam baku tembak yang berlangsung di kawasan Poso pesisir utara sejak pukul 17.00 hingga 17.30 Wita.

Selain itu, Puri mendesak pemerintah merinci profil para anggota MIT yang belum tertangkap dan jangka waktu keterlibatan mereka dengan kelompok tersebut.

Menurutnya, hal itu berkaitan dengan rencana pemerintah yang akan memberi pengampunan terhadap belasan anak buah Santoso yang masih buron.

"Tanpa audit, bisa saja orang-orang yang kabarnya akan diampuni ini memang terkait dengan panjangnya konflik di Poso," ujarnya.

Wacana memberi pengampunan terhadap anak buah Santoso yang masih buron diucapkan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan.

"Kalau dia turun (menyerahkan diri) semua, kami pertimbangkan untuk memberikan pengampunan. Karena mereka juga warga negara Indonesia," ujar Luhut usai rapat kerja dengan Komisi III DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (21/7).

Sehari sebelumnya Luhut sempat menceritakan, kronologi singkat tertembaknya Santoso dan anak buahnya. Hal itu bermula dari tanggal 13 Juli 2016 di saat wakil Komandan Satgas Tinombala Sektor 1/PPU AKBP J Hutagaol bersama lima anggota Raider TNI, dua anggota Brimob Polri dan seorang anggota Marinir diperintahkan melakukan pengejaran dengan pola penyergapan di daerah Kuala Tambarana.

Saat seorang anggota Raider TNI melaksanakan patroli, mereka menemukan jejak kaki dari arah barat ke utara. Lalu, tim menemukan dua orang tidak dikenal di sebuah gubuk dan tiga orang lainnya sedang menyeberangi sungai Tambarana.

Sekitar pukul 17.00-17.30 Wita, Komandan Tim Raider memerintahkan untuk mendekati posisi sasaran dan melakukan penyergapan. Terjadilah baku tembak yang menewaskan Santoso.

Selain Santoso, satu anak buahnya, Mukhtar juga tewas dalam tembak menembak di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, itu. [hta/rmol]

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas