post image
KOMENTAR
Tokoh lingkungan Toba Samosir (Tobasa), Marandus Sirait merasa kecil hati karena tak dilibatkan dalam event Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba yang berlangsung di bumi Tapanuli. Padahal, Marandus Sirait merupakan penerima penghargaan Kalpataru di era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Marandus Sirait melontarkan kekecewaan kepada awak media, Minggu (21/8), setelah mengetahui adanya event Pesona Danau Toba yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Dalam event ini, saya tidak diundang apalagi dilibatkan oleh pemerintah melalui Dinas Kehutanan Tobasamosir (Tobasa) dalam kunjungan Presiden maupun Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LKH) dalam aksi penanaman pohon di Desa Parparean Kecamatan Siantar Narumobda Kabupaten Tobasa (20/8/2016)," kata Marandus kepada awak media.

Maradus Sirait merasa Pemerintah Kabupaten Tobasa melalui Dinas Kehutanan tidak pernah memberitahu atau mengundang dirinya dalam kegiatan lingkungan. Seakan-akan dirinya 'disembunyikan' oleh pemerintah, padahal Marandus Sirait tercatat sebagai penerima Kalpataru yang berasal dari Tobasa, Sumut, yang berhasil menggiatkan program pelestarian lingkungan dalam menciptakan Taman Eden, sebagai objek agrowisata seluas 45 hektar.

"Ada apa Pemerintah Tobasa melalui Dinas Kehutanan tidak melibatkan dirinya dalam agenda Pemerintah Pusat. Saya merupakan penerima penghargaan Kalpataru asal Tobasa yang diserahkan langsung oleh masa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Apakah Dinas Kehutanan takut dengan dibuka boroknya kepada pemerintah pusat?" cetus Marandus.

Ia menilai, tidak dilibatkan dirinya dalam kegiatan lingkungan di Tobasa kini menjadi pertanyaan besar. "Kenapa saya tak dilibatkan sebagai penggiat lingkungan yang berasal dari Tobasa yang seharusnya menjadi kebanggaan pemerintah Tobasa sebagai penerima Kapataru dua kali yang diberikan oleh Presiden. Pertanyaan ini yang belum terjawabkan hingga sekarang," ucapnya.

Marandus Sirait berharap, program pelestarian lingkungan Danau Toba yang dicanangan Pusat tidak hanya sebagai seremonial saja, tapi yang diharapkan hasilnya.

Mengapa demikian? Pohon yang ditanam jika tidak dirawat maka akan sia-sia. Hasilnya juga pasti tidak ada. "Lemahnya program pelestarian lingkungan selama ini dikarenakan tidak diperhatikannya perawatan. Pohon yang ditanam jika tidak dijaga, maka tak akan hasilnya. Itu hanya sia-sia dan membuang anggaran saja," katanya.

Kunci dari melestarikan lingkungan adalah bagaimana kita melakukan perawatan secara serius. "Merawat lebih baik dari pada menanam. Inilah yang harusnya menjadi keseriusan pemerintah maupun masyarakat di bumi Tapanuli," katanya.

Marandus membeberkan, lebih salut dengan cara kerja perusahaan PT Toba Pulp Lestari, Tbk (TobaPulp) yang sukses dalam menamam dan merawat pohon (eucaliptus) di bidang pengelolaan Hutan Tanam Industri (HTI).

"Dari 10 pohon yang ditanam dipastikan akan tumbuh juga 10 pohon. Selain itu, TobaPulp dalam menjalankan bisnis pulp-nya menerapkan sistem tanam-tebang yang merupakan bahan baku industri pulp. Pohon telah ditebang akan ditanam kembali," katanya.

Mengapa TobaPulp bisa, Marandus membeberkan kuncinya adalah mereka (perusahaan) serius dalam merawat pohon yang ditanamnya. "Harusnya ini yang menjadi perhatian pemerintah atau masyarakat dalam program pelestarian lingkungan dengan melakukan penghijauan," ujarnya.

Marandus Sirait berpesan kepada pemerintah, agar program Pesona Danau Toba dalam mewujudkan destinasi wisata Monaco Asia tercapai, pemerintah harus komitmen dalam melakukan pengawasan yang rutin bagi bibit pohon yang telah ditanam. "Jangan hanya menanam, pohon itu harus juga dirawat agar kelestarian Danau Toba yang diinginkan terealisasi," ungkapnya.[rgu]

Berhasil Kumpulkan Dana Rp 30 Juta, Pemkot Palembang Sumbang Untuk Beli APD Tenaga Medis

Sebelumnya

Virus Corona Menjadi Alasan Deretan Pasangan Artis Ini Tunda Pernikahan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ragam