post image
KOMENTAR
Dokter adalah salah satu profesi yang cukup penting untuk menentukan kesejahteraan di sebuah negara, provinsi, kota, hingga desa. Dokter juga merupakan salah satu profesi di Indonesia yang memiliki jam terbang sangat padat.

Dua kondisi umum di atas akhirnya menyebabkan dokter tercitrakan sebagai sosok yang tidak dekat dengan aktivitas sosial dan dianggap lumrah oleh masyarakat luas.

Namun, citra dokter yang seperti itu tidak berlaku bagi seorang dokter asal Medan, Sumatera Utara, dr. Restuti  Hidayani Saragih, SpPD.

Dokter yang biasa disapa dengan sebutan Restuti ini telah berumur 35 tahun, memiliki suami dan seorang anak. Aktivitas kedokterannya semakin disibukkan dengan status ibu rumah tangga, harus menjaga dan membagi waktu pada keluarganya.

Dapat dibayangkan betapa sibuknya Restuti dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Namun segudang kesibukan itu tidak menghalangi dirinya dalam beraktivitas sebagai manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial.

Gerakan-gerakan sosial yang diaktivitaskan Restuti dimulai pada tahun 2013. Bermula saat ia dan suaminya memiliki pandangan yang sama dalam melihat kondisi kedokteran dan sistem kesehatan di Indonesia.

"Pergerakan yang ada dimulai 3 tahun lalu. Saya beserta suami melihat profesi kedokteran dan kesehatan di Indonesia sudah sangat kacau balau secara umum, dari segi tatanan sistem dan kualitas. Mirisnya, marwah profesi kedokteran terpuruk, tingkat kepercayaan masyarakat kepada kami juga menurun. Bahkan pemerintah juga menganggap sedemikian, mengannggap dokter tidak kompeten," katanya ketika diwawancarai secara eksklusif oleh MedanBagus.com di kediamannya, Rabu (14/9).

Menurut Restuti, dokter bukan satu-satunya pihak yang menentukan kualitas kesehatan, walau dirinya juga tidak menampik bahwa beberapa oknum dokter ikut mempengaruhi menurunnya kualitas kesehatan.

"Dokter bukan satu-satunya pihak yang menentukan sistem kesehatan nasional, dokter adalah frontline. Kualitas pelayanan pasien, banyak faktor yang mempengaruhinya. Contoh, minimnya pelayanan kesehatan, tingginya biaya peralatan dan obat kesehatan. Ditambah pajak barang mewah pula," ungkapnya.

Maka menimbang kondisi telah digeneralisirnya dokter sebagai satu-satunya pihak yang menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan nasional, Restuti bersama rekan-rekan sejawat yang memiliki kesamaan pemikiran menciptakan banyak gerakan-gerakan sosial demi memperbaiki marwah profesi kedokteran dan kualitas kesehatan nasional.
 
"Maka saya bersama rekan-rekan yang memiliki kesadaran yang sama bergabung dalam Gerakan Moral Dokter Indonesia. Gerakan pertama kami pada tahun 2013 menggelar aksi damai dengan isu 'Menuntut Reformasi Kesehatan yang Berkeadilan Bagi Rakyat, Dokter dan Sistem Kesehatan Nasional'," jelas Restuti.[sfj]

#Bersambung
   

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas