post image
KOMENTAR
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian telah menerima hasil investigasi terkait dugaan penyelundupan senjara milik Formed Police Unit (FPU) ke-8 Polri, di Bandara El Fasher, Sudan.

Hasilnya, kata Tito, sepuluh tas berisi senjata tersebut bukan milik FPU Polri.

"Hasil investigasi awal kita baik dari kedutaan mau pun laporan anggota yang ada di sana, menunjukkan bahwa ada indikasi yang kuat bahwa 10 koper itu bukan milik dari tim FPU Polri," tegas Tito di komplek PTIK, Jakarta Selatan, Rabu (25/1) pagi.

Menurut Tito, beberapa hari sebelum berangkat, 141 koper milik Polri sudah dilakukan pengecekan dan dinyatakan bersih sebelum dimasukkan ke kontainer, tanggal 19 Januari.

Lalu, saat hari kepulangan tanggal 21 Januari, koper-koper tersebut kembali dipindai melalui x-ray bandara. Termasuk penghitungan yang diketahui tetap berjumlah sama, 141 koper.

Namun, baru 30 koper milik FPU Indonesia masuk mesin x-ray, tiba-tiba ada tumpukan koper berbeda jenis dan tanpa identitas berjarak 10 meter dari tempat itu.

Petugas bandara yang curiga, menanyakan kepemilikan koper-koper tanpa identitas itu kepada anggota delegasi asal Indonesia.

Delegasi Indonesia pun membantah, hingga petugas bandara melakukan pengecekan. Setelah dibuka, koper-koper tersebut berisi ratusan senjata berbagai jenis, laras panjang dan pendek berikut amunisi.

"Petugas kita menyangkal dengan keras, jika senjata itu bukan milik kita (Indonesia). Karena, 141 koper-koper  delegasi Indonesia memiliki bentuk seragam dan diberi anda. Tempatnya beda dengan tumpukan yang baru masuk," papar eks Kadensus 88 Antiteror itu.

Meski demikian, Tito mengatakan, pihaknya tetap akan mengirimkan tim untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Mantan Kapolda Metro Jaya itu mungklaim jika Indonesia tidak mungkin menyelundupkan senjata. Mengingat Indonesia memiliki perusahaan Pindad yang memproduksi banyak amunisi untuk pengamanan negara.

"Malam ini, kita kirim tim beragkat ke sana (Sudan). Untuk memberikan bantuan hukum, berkoordinasi dengan Pemerintah setempat, PBB dan otoritas Sudan," demikian Tito.

Sebelumnya, 139 polisi Indonesia tertahan di Bandara El Fasher, 21 Januari lalu, saat hendak pulang usai menjalankan misi perdamaian PBB di Sudan.

Penahanam tersebut, diduga akibat temuan koper tanpa identitas oleh pihak petugas bandara setempat, dan dicurigai sebagai penyelundup senjata.[rgu/rmol]

LPM dan FKM USU Gelar Edukasi Kesahatan dan Pemberian Paket Covid 19

Sebelumnya

Akhyar: Pagi Tadi Satu Orang Meninggal Lagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa