post image
Perasaan Ginting
KOMENTAR
MASYARAKAT Indonesia sudah mulai menempatkan asuransi sebagai salah satu kebutuhan penting untuk kelangsungan kehidupan keluarga. Kesadaran ini tumbuh karena keberadaan asuransi dirasakan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat.

Ini pula yang dilakukan Perasaan Ginting, seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil di Balai Wilayah Sungai Sumatera II, Direktorat Jendral Kementerian PUPR.

Ayah dari delapan anak yang kini berusia 63 tahun itu, sudah memproteksi masa depan putra-putrinya dengan asuransi kesehatan dan asuransi pendidikan dari Manulife sejak tahun 2004.

Bersama almarhum istrinya, Bage Malem br Purba, mereka berjuang memproteksi anak-anaknya dari segala risiko yang bisa saja terjadi di masa depan.  

Mereka sadar, sebagai orang tua, bentuk kasih sayang kepada anak bukan hanya sebatas membesarkan dan menafkahi anak semasa mereka hidup, tetapi juga memastikan masa depan anak-anaknya aman bahkan ketika mereka telah tiada.
Ini yang menjadi alasan, mengapa Perasaan Ginting memutuskan untuk membeli asuransi jiwa untuk dirinya dan memberikan asuransi kesehatan dan pendidikan kepada putra-putrinya.  

Selama belasan tahun, dia menjelma menjadi andalan keluarga dengan memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan derajat kesehatan dan kualitas hidup anak-anaknya.

Kesadaran Perasaan Ginting untuk mengasuransikan anak-anaknya layak dijadikan contoh. Bagaimana tidak, 23 tahun lalu, dunia asuransi tidak begitu populer di masyarakat. Bahkan ketika itu, asuransi masih dipandang sebelah mata.
Sulit dibayangkan Ginting, sebagai kepala keluarga dalam usia produktif dengan anak-anak yang masih bersekolah, jika ia meninggal dunia, maka keuangan keluarga menjadi terancam karena hilangnya sumber penghasilan. Bukan tak mungkin berbagai rencana masa depan yang telah disusun menjadi berantakan.

Waktu  itu, ada paradigma di masyarakat yang mengatakan asuransi itu justru mendoakan kita cepat meninggal. Ini yang salah. Bagi saya, asuransi justru tempat bagi kita untuk meminimalisir risiko. Siapa yang akan tahu kejadian esok hari,"  ujarnya saat berbagi pengalaman di kantor cabang Manulife Medan di Jalan Diponegoro, Medan.

Walau pada masa itu, dirinya yang merupakan seorang PNS sudah terlindungi asuransi, namun Perasaan Ginting menilai asuransi tersebut belumlah cukup. Sebagai kepala rumah tangga,  sekaligus tulang punggung keluarga, dia merasa harus memiliki perencanaan keuangan yang lebih baik.
"Saya melihat besarnya manfaat memiliki asuransi. Bukan hanya untuk diri saya sendiri, tetapi juga untuk keluarga yang saya tinggalkan nanti," tegasnya.

Munculnya Kesadaran Berasuransi

Momen terpenting dan menjadi titik awal Perasaan Ginting untuk berasuransi adalah ketika merasakan bagaimana sulitnya salah satu keluarga iparnya sakit dan harus dirawat di rumah sakit.

"Pada tahun 2004, saya menjenguk keluarga yang sakit di salahsatu rumah sakit di Medan dan ia membutuhkan biaya besar. Dia mengalami kecelakaan karena jatuh dan patah tulang di bagian kaki kiri serta menderita penyakit gula. Biaya perobatan satu malam 10 juta rupiah. Askes ketika itu tidak bisa menanggung karena dia dirawat di rumah sakit swasta," kenang Ginting.

Pengalaman pahit dari keluarga istrinya itu terus menghantui. "Bagaimana kalau kejadian ini menimpa saya. Bagaimana masa depan anak-anak. Saya sempat tidak tidur selama tiga hari tiga malam memikirkannya," beber Ginting.
Setelah berkonsultasi dengan sang istri, Perasaan Ginting kemudian berusaha mencari solusi. Ia dikenalkan oleh rekannya dengan sebuah produk asuransi yang memproteksi jiwa dan kesehatan. Kemudian ia memutuskan untuk mengenal asuransi secara detail.

"Awalnya saya sendiri yang mendaftar. Saat itu saya membeli salah satu produk Manulife, dengan perlindungan kesehatan dan jiwa. Saya membayar premi per tahun 4.950.000 rupiah, dan setelah berumur di atas 50, premi jadi 8,5juta rupiah dengan perlindungan yang juga mencakup istri dan 7 anak ," ungkapnya.

Ia menuturkan, dengan pembiayaan tersebut, jika dihitung  per harinya, ia membayar tidak sampai Rp 14.000. Hal itu pun tidak memberatkan dirinya, namun memberikan manfaat besar.

"Jadi, dengan adanya produk tersebut, saya melakukan pembayaran 20 tahun sampai tahun 2024, dan terproteksi seumur hidup. Sejauh ini, saya sudah merasakan manfaatnya. Saya tidak lagi takut sakit. Ketika saya atau anak-anak sakit,  kami bisa langsung ke rumah sakit. Saya tidak lagi dipusingkan dengan mahalnya biaya pengobatan, " jelasnya.

Diterangkannya, produk asuransi yang digunakannya, melindungi diri dan keluarganya dari penyakit dengan batas maksimal perawatan 45 hari.

Bukan hanya asuransi jiwa dan kesehatan, Perasaan Ginting juga memproteksi dirinya dengan produk asuransi khusus kecelakaan.

"Menurut saya, ini yang paling penting. Kita tidak tahu kejadian apa yang akan kita alami di jalan raya. Karena musibah kapan saja bisa terjadi," imbuh Ginting.  

Proses Klaimnya Bagaimana?

Sulitnya pengurusan klaim asuransi sering kali menjadi momok tersendiri bagi para nasabah asuransi. Tidak sedikit pula yang menjadikan hal tersebut sebagai salah satu keengganan membeli polis asuransi.

Namun belajar dari pengalaman Perasaan Ginting yang memiliki asuransi Manulife, dia mengakui proses pengurusan klaimnya tidak susah.

Saya tidak punya pengalaman dipersulit atau ditolak selama memiliki asuransi Manulife. Prosesnya mudah dan cepat, paling lama 14 hari klaimnya langsung dibayar,” kata Ginting.

Dia memang pernah mendengar cerita beberapa pihak yang mengalami kesulitan dalam proses pembayaran klaim dari asuransi tertentu,  namun menurutnya hal itu bukan tanpa alasan.

Semuanya ada di dalam kesepakatan antara pihak  asuransi dengan pembeli polis asuransi, dan terikat hukum. Artinya, klaim tidak akan sembarangan ditolak.

Menurut saya, sebelum kita membeli produk asuransi, kita harus pahami dulu manfaatnya. Dari awal kita minta penjelasan secara lengkap dari agen atau konsultan financial lainnya dan kita harus mengerti betul produknya.

Kemudian penuhi data-data pribadi yang diminta dengan benar. Jika semua syarat terpenuhi, proses pengajuan klaim tentunya tidak mengalami hambatan,”  jelas Ginting.
Sebab itu, Perasaan Ginting tidak pernah mengeluh saat mengajukan proses klaim ke Manulife. Termasuk saat mengajukan klaim untuk kematian istrinya. Padahal saat itu, sang istri belum genap enam bulan membeli asuransi jiwa.

"Asal seluruh data yang dibutuhkan bisa kita penuhi, sebenarnya tidak ada masalah, proses pengajuan klaim akan berjalan lancar," ulangnya lagi.

Bahkan, ada pula salah satu produk Manulife yang dipilih almarhum istrinya untuk anak mereka Anderson Ginting pada tahun 2004. Kala itu sang istri memilih untuk melengkapi asuransi pendidikan anaknya tersebut dengan asuransi tambahan payor benefit, yang memproteksi sang  istri selaku pembayar polis asuransi yang  dimiliki anaknya yang saat itu belum berusia 18 tahun.

"Sejak istri saya meninggal tahun 2007, anak saya dibebaskan membayar premi asuransi Rp 4,7 juta/tahun, sampai dia dewasa dan berusia 25 tahun," urai Ginting.

Menurut Ginting, kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya asuransi masih rendah karena kurangnya pemahaman secara luas terhadap manfaat asuransi. Namun, jika sudah merasakan manfaatnya, masyarakat pastinya akan berbondong-bondong untuk berasuransi.

Memang kita seperti membeli kertas, karena manfaatnya tidak langsung dirasakan pada saat itu juga. Namun apa jadinya jika ternyata manfaat yang diberikan asuransi jauh melebihi apa yang kita bayangkan? Pemikiran ini juga yang membuat saya terus optimistis dan saya bisa melindungi anak-anak saya, terutama setelah istri saya tiada,” tegasnya.

Dari pengalaman ini, Ginting memberikan saran kepada masyarakat  yang  belum memproteksi dirinya dengan asuransi. Dia menyarankan, ketika memilih produk asuransi, jangan melihat besaran nominal premi asuransi. Tetapi yang harus ditekankan dalam memilih produk asuransi adalah manfaat yang diterima.

"Saya berpikir kalau memilih asuransi, jangan lihat besarnya premi.Yang penting ada proteksi kesehatan dan proteksi jiwa, dan ada pula proteksi untuk keluarga yang kita tinggalkan. Pemikiran saya, asuransi ini sebenarnya mendoakan kita sehat dan panjang umur. Kalau kita sering sakit dan cepat meninggal, rugi asuransi ini," pungkasnya. [rtw]

Inovasi Pemutus Rantai Penularan Tuberculosis Paru Melalui Wadah Berisi Lisol Terintergrasi Startegi Derectly Observed Treatment Shourtcourse (DOTS)

Sebelumnya

Cegah Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Kesehatan