post image
Net
KOMENTAR

Tanggal 10 Oktober 2019 diperingati sebagai Hari Kesehatan Jiwa Dunia atau World Mental Health Day. Tahun ini merupaan peringatan tahun ke-27 sejak resmi mulai diperingati sejak tahun 1992.

Peringatanhari jiwa digagas oleh Badan Kesehatan PBB, World Health Organization (WHO). Melalui peringatan Hari Kesehatan Jiwa Dunia, masyarakat diajak untuk kembali menyadari sebuah persoalan di masyarakat yang kerap kurang diperhatikan yaitu kesehatan jiwa.

Sperti dilansir RMOLSumut. Kesehatan kejiwaan memiliki kaitan yang erat dengan angka bunuh diri. Satu hal yang pasti, semua orang memiliki kesempatan dan kemampuan untuk mencegah dan mengurangi angka bunuh diri yang saat ini sangat tinggi di seluruh dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, mengatakan rata-rata satu orang tewas akibat bunuh diri di dunia setiap 40 detik. Hal tersebut berdasarkan angka total jumlah orang yang melakukan bunuh diri setiap tahunnya, menurut data yang dimiliki organisasi itu.

Dilansir The Independent, setiap tahunnya ada hampir 800.000 kasus kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia, menurut laporan WHO.Angka tersebut menjadikan bunuh diri menjadi penyebab kematian nomor dua di antara orang muda berusia 15-29 tahun. Penyebab pertama adalah kecelakaan lalu lintas.

Menurut WHO, hal ini menunjukkan bahwa masih ada pekerjaan yang harus dilakukan negara-negara di dunia untuk mencegah kematian akibat bunuh diri.

Penyebab terjadinya aksi bunuh diri bisa diakibatkan stres berat atau gangguan jiwa, yang sering tidak diketahui karena banyak faktor yang mempengaruhi. Untuk mencegah bunuh diri pada seseorang yang terganggu gangguan jiwa dibutuhkan perhatian khusus dari keluarga atau masyarakat.

Adapun peran keluarga dan masyarakat adalah memastikan keamanan lingkungan dari orang yang tergantung jiwanya, seperti alat-alat tajam, api, dan sesuatu yang membahayakan lainnya.

Wardah Sabrina Sirait, S.K.M selaku pengamat kesehatan jiwa dan mental menjelaskan penyebab gangguan kesehatan mental sangat dipengaruhi berbagai hal mulai dari pola asuh, beban sosial, kondisi keluarga, pengalaman yang di rasakan.

“Selain itu biasanya juga di disertai gangguan fisik seperti sakit kepala, nyeri punggung bahkan gangguan pencernaan,” terangnya.

Adapun cara mendeteksi seseorang mengalami gangguan jiwa menurut Wardah diantaranya.
“Kita bisa melihat adanya gangguan mood yang dialami orang tersebut, misalnya saja perubahan dari rasa sangat sedih menjadi sangat bahagia dan sebaliknya, rasa takut yang berlebihan juga emosi yang meledak-ledak yang mengakibatkan orang tersebut menarik diri dari masyarakat,” jelasnya.

Adapun stres dapat dikelolah dengan cara membicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya, melakukan kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, Kembangkan hobi yang bermanfaat, Meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan, berpikir positif, tenangkan pikiran dengan relaksasi.

“Jagalah kesehatan dengan olahraga atau aktivitas fisik secara teratur, tidur cukup, makan makanan bergizi seimbang, serta terapkan perilaku bersih dan sehat. Cara ini berdasarkan cara mengelola stres dan mencapai jiwa yang sehat oleh Kemenkes RI,” ungkapnya.

Hari Kesehatan Jiwa Dunia juga menjadi sebagai pengingat bahwa mengakhiri hidup dengan cara pintas bisa terjadi pada siapa pun, tanpa mengenal latar belakang sosial maupun kelompok usia tertentu. [dar]

Inovasi Pemutus Rantai Penularan Tuberculosis Paru Melalui Wadah Berisi Lisol Terintergrasi Startegi Derectly Observed Treatment Shourtcourse (DOTS)

Sebelumnya

Cegah Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Kesehatan