post image
Net
KOMENTAR

Kegiatan makan sirih atau menyirik menjadi salah satu kebiasaan yang umum di jumpai pada masyarakat Indonesia. Bukan hanya pada kalangan orang tua, kalangan anak muda juga banyak yang kerap melakukan hal itu.

Daun sirih sendiri memiliki kandungan dengan beragam manfaat mulai dari mengobati gangguan pencernaan, batuk, asma, menahan pendarahan, sembelit hingga bau tak sedap. Hal tersebut karena kandungan daun sirih mengandung minyak atsiri yang memiliki kemampuan membunuh bakteri sehingga dapat menghilangkan adanya infeksi. Zat lainnya seperti seskuiterpen, pati, diatase, gula, zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, juga antioksidasi dan fungisida sebagai  anti jamur. zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, juga antioksidasi dan fungisida sebagai  anti jamur. Beragam manfaat disajikan dari daun sirih yang mujarab tersebut.


Nah untuk menyirih, Daun Sirih dicampur dengan beberapa bahan lainnya seperti gambir,kapur sirih serta tambahan daun tembakau.

“Masing-masing menjadi bagian yang tidak terpisahkan,” kata seorang lansia Opung Buharim (65), Kamis (10/10/2019).

Baginya, menyirih merupakan sebuah kebiasaan yang sudah tidak dapat ditinggalkan. Mulai bangun pagi dan setelah mencuci muka atau pun bahkan tidak sama sekali, Opung Buharim langsung meraih wadah penyimpan sirihnya. Bersama dengan kerabat-kerabat dan temannya, mereka menikmati kegaitan ‘nyirih’ ini. Selain sebagai ajang pengakraban sanak saudara, menurut opung, banyak dampak positif dari ritual “nyirih” bagi kekebalan tubuhnya yang sudah tua.

“Udah jadi candulah,” ujarnya.

Dari sisi kesehatan, menyirih ternyata mempunyai dampak yang diyakini masih sangat jarang diketahui masyarakat. Amiril M.Sir, drg selaku dokter gigi di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sumatera Utara memaparkan. Dampak negatif ataupun kerugian yang bisa saja terjadi ini dikarenakan daun sirih memiliki efek mengerutkan jaringan.

“Pada kondisi tertentu justru akan menyebabkan keringnya rongga mulut, sariawan dan juga mengerutnya papila lidah sehingga fungsi indera pengecap akan menurun,” terangnya,Rabu,(9/10).

Salah satu penelitian pada tahun 1995 membuktikan bahwa kebiasaan menyirih merupakan faktor utama terjadi kanker rongga mulut di Taiwan. Selain itu, kapur yang digunakan utuk menyirih dapat meningkatkan keasaman (pH) rongga mulut, sehingga memicu terbentuknya radikal bebas yang dapat merangsang pertumbuhan sel yang bersifat karsinogenik.

Penggunaan tembakau ketika menyirih juga dapat meningkatkan resiko terjadi kanker. Menurut penelitian yang dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) terbukti bahwa menyirih dengan tembakau dapat meningkatkan risiko terjadi kanker rongga mulut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti komposisi, frekeuensi dan lamanya pengunyahan saat menyirih.

Namun begitulah, terlepas dari hasi penelitian di bidang kesehatan tersebut, menyirih sudah menjadi bagian tradisi dan reaksi masyarakat khususnya Batak dengan berbagai alasan. Bagi ruang lingkup Sumatera Utara sendiri, mengunyah sirih telah menjadi pelengkap berkomunikasi, gambaran keramahan dan penghormatan terhadap tamunnya. [dar]

Inovasi Pemutus Rantai Penularan Tuberculosis Paru Melalui Wadah Berisi Lisol Terintergrasi Startegi Derectly Observed Treatment Shourtcourse (DOTS)

Sebelumnya

Cegah Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Kesehatan