
Menurut Psikologi Kota Medan, Lodiana Ayu, terjadinya kasus tersebut diakibatkan karena faktor lingkungan.
" Saya rasa faktor utama mereka berani melakukan hal itu karena lingkungan. Sebab, lingkunganlah yang dapat merusak kepribadian seseorang itu. Hal inilah yang membuat mereka tidak sadar melakukan hal itu," katanya, Senin (11/11/2013).
Dijelaskannya, seragam yang pakai juga diyakini merupakan kebanggan mereka untuk melakukan hal yang tidak senonor tersebut.
" Jika mereka mempunyai pikiran positif pasti tidak akan melakukan hal ini. Bisa saja karena mereka mempunyai jabatan tinggi makanya berani berbuat seperti ini," ujarnya.
Dikatakannya, seragam dan simbol kepangkatan, mengakibatkan seseorang merasa lebih dibanding orang lain. "Kebanggaan yang timbul menyebabkan seseorang merasa bisa melakukan segalanya, padahal belum tentu hal tersebut bisa terjadi," ujarnya.
Dikatakannya, dampak negatif ini tentunya tidak baik bagi masa depan kepolisian yang bertingkah laku sesuai aturan yang ada.
"Citra polisi sebagai pengayom masyarakat juga terancam hancur, karena para anggotanya tidak bisa melayani dengan baik. Kondisi ini tentunya harus diperbaiki sedini mungkin," ujarnya.
Katanya, perbaikan yang mesti dilakukan adalah sejak tes kejiwaan, saat masuk menjadi anggota kepolisian.
"Para peserta diuji seberapa besar rasa kebanggaan tersebut masuk ke jiwanya bila berhasil menjadi anggota polisi. Hal ini sekaligus untuk mengetahui, seberapa mampu dirinya mengatasi rasa bangga yang mucul kemudian. Untuk yang telah mempunyai jabatan tes psikolog itu harus dilakukan secara rutin, seperti tiga bulan sekali agar kepolisian dapat mengetahui kejiwaan anggotanya," ujarnya. [ded]
KOMENTAR ANDA