
Direktur utama ICK Agung Setia Bakti menjelaskan, hal itu merupakan langkah besar untuk kontribusi pada sistem pertahanan cyber Indonesia. Menurutnya, sudah saatnya Indonesia tak lagi bergantung pada asing soal peralatan teknologi antisadap.
"Indonesia sudah mampu. Di ICK semua sumber daya manusianya dan kandungan lokal alatnya asli Indonesia. Kita bisa berdaulat kalau punya teknologi buatan sendiri," katanya saat membuka peresmian pabrik, Senin (21/12).
Menurut Agung, selama ini alat antisadap hanya diproduksi negara-negara barat. Karenanya, dengan enkripsi yang diproduksi sendiri diharapkan Indonesia bisa menjadi negara berdaulat dan tidak bergantung pada produk keamanan asing. Pasalnya, Amerika Serikat dalam Undang-Undang Federal menyatakan bahwa sebagus apapun produk enkripsi harus bisa dibuka National Security Agency (NSA).
"Jadi kalau membeli alat keamanan dari AS berarti harus bisa dibuka oleh NSA. Intinya kalau asing ya bisa dibobol. Pemerintah di Indonesia sendiri bukan rahasia lagi sering kebobolon sistem kemanan cyber-nya," jelas Agung.
Di tempat yang sama, mantan kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) Nachrowi Ramli mengutarakan, sejak lembaga sandi di Indonesia berdiri tahun 1946 pemerintah ingin memiliki alat teknologi yang mandiri. Selama ini, Indonesia baru menguasai perangkat lunaknya saja.
"Kalau hardware kita masih perlahan ke sana. Makanya ICK ini perlu didukung untuk bantu amankan informasi rahasia bangsa dan negara. Pemerintah harus segera beri payung hukum yang jelas," bebernya.
Dari pantauan RMOL di lokasi pabrik, terlihat beberapa teknisi teknologi informatika yang didominasi anak muda Indonesia jebolan universitas dalam negeri dan luar negeri dengan apik mengenalkan produk ciptaan sendiri.
Salah satunya Eriz Pramuditya, yang jebolan Universitas Tanjung Pura, dengan rinci menjelaskan teknologi chat guard, sms guard, voice guard, jammer, directional finde, tracking IT, handie talkie dan telepon antisadap serta Voice Guard merupakan layanan aplikasi berbasis VOIP (Voice Over Internet Protocol).
"VOP ini sendiri penting buat pemerintah misalnya yang menggunakan komunikasi internet atau email. Kalau melalui alat VOP semua data dari internet dienkripsi dulu, dijamin tidak bisa dilacak orang asing," jelasnya.
Demi keamanan, ICK menggunakan AES-256, algoritma standar militer untuk Voice Guard, Chat Guard dan SMS Guard. Keamanannya menurut Eriz sudah diakui di seluruh dunia sebagai standar algoritma enkripsi.
Dia menambahkan, algoritma, protokol, key management, aplikasi dan hardware berenkripsi yang dikembangkan ICK selain untuk kepentingan swasta dan pemerintahan sipil, juga dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan militer.
ICK sendiri memiliki cabang di Singapura, Vietnam dan Thailand. Dalam beberapa waktu ke depan ICK menargetkan menjadi pemain utama di kawasan Asia Pasifik untuk selanjutnya bersaing secara global di seluruh dunia. [hta/rmol]
KOMENTAR ANDA