post image
KOMENTAR
Sekali waktu penulis yang juga wartawan senior di Kota Medan, Bersihar Lubis, memberikan sindiran halus nan singkat kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kota Medan tentang minimnya ide kreatif dalam menelurkan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan seni dan budaya.

Kira-kira begini sindiran halusnya dihadapan Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pujo Nugroho dan Walikota Medan Dzulmi Eldin.

"Saya teringat akan burung Manyar kalau di Sumatera Utara sering disebut Burung Tempua. Burung ini memiliki siklus hidup menetas dari telur, tumbuh menjadi burung dewasa, mencari pasangan, kemudian membuat sarang untuk telur yang kelak menetaskan anak-anaknya. Lalu anaknya tumbuh dewasa, mencari pasangan, membuat sarang untuk telur yang kelak menetas menjadi anak-anaknya, kemudian....kemudian....dan begitu seterusnya.

Saya ingin kita yang ada disini, tidak memiliki pola pemikiran yang itu-itu saja. Kita harus berfikir Out of the Box, mengenai cara menghidupkan seni dan budaya di Kota Medan yang kegiatannya terfokus di Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU), selama ini yang saya lihat cara berfikir pemerintah dalam memandang seni dan budaya tidak jauh berbeda dengan Burung Manyar tadi," katanya.

Sosok yang akrab disapa Bang Ber ini menyebutkan, pemerintah masih terpaku dengan pola berfikir bahwa seni budaya hanya kegiatan menari, berteater dan membaca puisi, tanpa memikirkan bagaimana agar kualitas teater, menari dan membaca puisi tersebut "layak dibayar". Padahal, kegiatan ini menurutnya bisa menjadi salah satu pusat income di Sumatera Utara.

"Syaratnya pemerintah jangan enggan berinvestasi dalam mengembangkan itu," ungkapnya.

Ihwal ungkapan cara berfikir Out of the Box ini mulai trend belakangan ini, terutama sejak presiden Jokowi terpilih menjadi pemimpin. Banyak kebijakan yang dikeluarkannya termasuk pengangkatan pejabat yang kira-kira secara nalar kita merupakan hal yang Out of the Box. Sebut saja, larangan PNS menggelar rapat di Hotel dengan alasan pemborosan anggaran tersebut merupakan salah satu kebocoran APBN terbesar. Kemudian keputusan mengangkat Menteri Susi yang notabene hanya mengenyam pendidikan SMP dan banyak hal lainnya serta berbagai kebijakan 'Revolusi Mental' yang lagi trend itu.

Yang menjadi pertanyaan adalah apakah Presiden Jokowi juga menerapkan pola berfikir Out of the Box saat menghunjuk Hasban Ritonga untuk memimpin birokrat di Sumatera Utara?

Sepertinya ini cara berfikir Out of the Box yang keliru. Sebab, kondisi ini berpotensi membuat "revolusi mental" karya pak presiden justru bergerak ke arah yang negatif. Alhasil bukan tradisi "kerja...kerja...kerja" yang dicanangkan bisa menjadi tradisi "kejar....kejar....kejar" dalam konotasi negatif untuk menguntungkan diri sendiri, karena jabatan empuk toh juga bisa didapatkan saat pejabat sedang bermasalah dengan hukum.

Hal yang sama tengah diuji dalam mencari sosok Kapolri yang kini tengah jadi pembicaraan terpopuler. Apakah presiden akan menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai kapolri layaknya rekomendasi dari DPR RI? kalau ya...mungkin istilah berfikir Out of the Box harus diulas lebih jelas di Indonesia.

Catatan redaksi: Robedo Gusti

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Sebelumnya

Delapan Butir Maklumat KAMI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini