post image
KOMENTAR
CPO dan produk turunannya dinilai   telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pemerintah. Karena itu, pemerintah secara khusus terus melakukan pengamatan guna mendukung perkembangannya.

"Hingga kini, CPO dan turunannya telah memberikan kontribusi lebih 20 milyar US Dollar. Dari situ, sekitar 20 persen merupakan pendapatan dari non migas.
Ini merupakan angka yang pantastis dan menjadi perhatian kita semua," kata
Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementrian Perindustian, Ir Pranata dalam sambutannya pada acara Palmex 2015 di Santika Dyandra Hotel and Convention Center, Selasa (3/11).

Menurutnya, bagi Indonesia kelapa sawit adalah anugerah tak ternilai, karena  tidak semua negara dapat memiliki tanaman tersebut untuk dikembangkan.

"Untuk itu kita mengharapkan agar industri sawit dapat mengakar di Indonesia, sehingga berbagai kegiatan seperti ini akan hadir dan peluang untuk mendatangkan investor lebih terbuka. Ini merupakan pamerean ke tujuh yang digelar," jelasnya.

Diungkapkannya, Industri CPO dan turunannya tumbuh dan berkembang sekitar 6 sampai 7 persen setiap tahunnya.

"Dengan pertumbuhan ini, kapasitas kita sampai saat ini mencapai 37 juta ton pertahun. Diharapkan dalam lima tahun kedepan dapat menjadi 47 ton pertahun.
Kondisi ini harus kita carikan jalan keluar, agar dapat menjadi nilai tambah," katanya.

Dijelaskannya, pemerintah pada tahun 2010 telah mencanangkan Inpres No 1 tahun 2010. Melalu Inpres itu, telah mencapai realisasi dan telah ditindak lanjuti beberapa regulasi oleh kementrian perindustrian.

"Pada tahun 2011, produk CPO dan turunannya telah dikenakan biaya keluar. Ini dilakukan guna selalu menjaga ketersediaan CPO dalam negeri. Sehingga proses regulasinya dapat berjalan dengan baik," ujarnya.

Pada tahun 2014, katanya, CPO dan turunan telah menuai hasil yang pantastis.

"Di tahun 2010 hingga 2011, kita lihat komoditi sawit hanya terdiri dari 50 produk, namun dengan kebijakan ini mengalami peningkatan hingga 150 jenis produk yang dihasilkan. Kita bisa pertahanankan dan kembangkan, jika dilakukan langkah- langkah yang lebih pro terhadap proses ini," akunya.

Dalam pengembangan CPO dan turunannya, pemerintah fokus dengan tiga perkembangan yaitu, pengembangan pertahanan pangan, pengembangan energi, pengembangan produk nilai tambah tinggi.

"Khusus untuk ketahanan pangan, berbagai upaya kita lakukan dan sampai saat ini kita dapat memproduksi minyak goreng 20 juta ton pertahun. Ini dapat kita banggakan, karena kebutuhan minyak goreng dalam negeri dapat kita penuhi dan melakukan ekspor dalam jumlah besar," ungkapnya.

Untuk ketahanan energi, jelasnya, pada tahun 2015 telah dicanangkan tentang pencampuran bio solar dengan minyak kelapa sawit. Dimana, bahan bakar solar 15 persennya memakai campuran minak kelapa  sawit.

"Ini untuk mengembalikan harga CPO yang kini mengalami penurunan. Pada tahap kedua akan kita lakukan riset tentang premium yang akan dicampurkan dengan minyak kelapa sawit," ujarnya.

Pranata mengatakan, pemerintah Indonesia dan Malaysia telah melakukan MOU untuk mengembangkan produk hilir kepala sawit. Hal ini dikarenakan kedua negara ini 80 persen memilik produk kelapa sawit.

"Dengan adanya kerjasama ini, dapat menjadi midle dalam pengembangan kelapa sawit. Kerjasama ini akan terus kita lakukan," pungkasnya.[rgu]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi