Ayah adalah sosok yang sangat penting untuk seorang anak. Selain memberikan nafkah materi, ayah juga bertanggung jawab memberikan nafkah moril untuk keluarganya. Beruntung anak yang memiliki seorang ayah. Ayah dapat dijadikan sang anak sebagai sahabat dan teladan terdekatnya.
Sebagai pelindung di dalam rumah tangga, ayah tidak akan membiarkan ibu dan anak-anaknya tersakiti dan terluka. Ayah akan memastikan keluarganya mendapatkan yang terbaik. Hal tersebut turut dilakukan oleh salah seorang tokoh Tamil di Sumatera Timur abad ke-20, D. Kumarasmy.
D. Kumarasmy yang lahir pada tahun 1906 tumbuh dewasa di dalam lingkungan keluarga yang peduli terhadap pendidikan dan memiliki spiritual tinggi. Memiliki pendidikan dan spritual yang baik menjadikan D. Kumarasamy sebagai ayah yang ideal untuk anak-anaknya.
Salah seorang anak dari D. Kumarasamy, Mohan Leo menuturkan bahwa ayahnya adalah ayah yang penuh dengan kebijaksanaan dan tanggung jawab. Bagi Mohan Leo, D. Kumarasamy bahkan tidak hanya berperan sebagai seorang ayah, tapi juga berperan sebagai kakak dan sahabat terbaik.
"Ayah saya adalah sosok ayah yang sangat ideal. Bagi saya, beliau adalah ayah yang penuh dengan kebijaksanaan dan tanggung jawab. Beliau memiliki peran lebih dari seorang ayah. beliau menjadi sahabat sekaligus kakak yang dapat dijadikan tempat terbaik untuk bercerita, bertanya dan bertukar pikiran," tutur Mohan Leo.
Pernyataan Mohan Leo bukan sesuatu yang dilebih-lebihkan, hal tersebut dibuktikan dengan bentuk mental dan sikap yang dimiliki oleh Mohan Leo saat ini. Mohan Leo menjelaskan dengan teliti bagaimana ayahnya memperlakukannya sebagai anak.
Ketika Mohan Leo bertanya tentang sesuatu, D. Kumarasamy memberikan jawaban dengan begitu sabar sampai Mohan Leo paham akan sesuatu yang ditanya. Setelah selesai melakukan tanya jawab, Mohan Leo selalu diberikan referensi buku oleh D. Kumarasamy untuk melatih budaya literasi.
"Suatu ketika di umur 12 tahun saya bertanya sesuatu tentang spiritual. Beliau menjawab pertanyaan tersebut hingga saya benar-benar paham. Setelah itu saya diberikan buku Di Bawah Kaki Guru Sejati karya J. Khrisna Murti. Sejak saat itu, saya menjadi tertarik dengan membaca buku dan ayah saya selalu memberikan buku ketika saya bertanya tentang sesuatu. Sampai sekarang, saya memiliki budaya baca dan literasi yang kuat. Itu semua berkat ayah saya," katanya dengan penuh semangat.
Dengan apa yang dialami Mohan Leo saat berumur 12 tahun tersebut, menjadi bukti bahwa seorang ayah dapat memberikan pengaruh yang besar untuk anaknya. Ketika ayah mengajarkan kebaikan, maka baiklah anaknya dan ketika ayah mengajarkan keburukan, maka berpotensi besar sang anak akan ikut menjadi buruk.
Jauh sebelum Mohan Leo berumur 12 tahun, tepatnya saat ia berumur 4 tahun, D. Kumarasmy sudah mengajarkan hal-hal yang bersifat rohani dan spiritual. Di umur 4 tahun juga Mohan Leo sudah diajarkan cara dan manfaat beribadah. Mana hal yang baik dan buruk serta tokoh-tokoh suci perlahan diperkenalkan kepada Mohan Leo oleh D. Kumarasmy.
"Ayah saya sudah menanamkan karakter sejak kecik. Sejak umur 4 tahun saya sudah diajarkan cara dan manfaat beribadah. Pak D. Kumarasamy ini juga gemar memajang foto-foto tokoh. Jadi ada satu foto yang menggambarkan seseorang dengan tampilan lusuh layaknya orang miskin, Rahma Krisna. Saya tanya kepada ayah saya, siapa itu? Mengapa kelihatan seperti orang miskin? Ayah saya menjawab, 'ssttt.... Tidak boleh begitu, dia itu orang suci, dia telah banyak melakukan hal-hal yang baik untuk banyak orang.' Saya begitu bangga punya ayah seperti D. Kumarasmy, sejak umur 4 tahun saya sudah diajarkan tentang kesucian, mana yang baik dan buruk. Saya dibiasakan melihat dan merasakan hal yang baik-baik," dengan penuh penghayatan, Mohan Leo bersemangat menjelaskan kisah di masa kecilnya bersama D. Kumarasamy.
Keluarga dan terutama ayah memang benar-benar menjadi guru yang paling hebat untuk medidik dan menjadikan anaknya tumbuh sebagai manusia yang memiliki nilai dan moril yang besar. Mengenalkan dan memperlihatkan hal yang baik sejak anak berada di usia dini terbukti menjadi sebuah pola mendidik yang efektif untuk dilakukan oleh orang tua. D. Kumarasmy berhasil mendidik Mohan Leo menjadi seseorang yang memiliki kualitas nilai dan moral yang besar sejak Mohan Leo berumur 4 tahun.
D. Kumarasmy merupakan seorang ayah yang berbeda dengan kebanyakan ayah yang dimiliki anak lainnya. Memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menjadi kaya dan mengumpulkan pundi-pundi uang, D. Kumarasmy malah memilih menjadi sosok yang sederhana dan dapat memberikan manfaat untuk banyak orang. Saat ada kesempatan mengajak Mohan Leo ke tanah kelahirannya, India Selatan, D. Kumarasmy tidak mengajak Mohan Leo ke tempat-tempat yang mahsyur, megah, dan bergengsi. Sebaliknya, tanpa paksaan Mohan Leo diajak ke tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi dan berjumpa dengan orang-orang yang juga punya riwayat hidup sebagai orang yang suci dan baik.
"Pada tahun 1956 Pak D. K (sapaan hangat D. Kumarasmy) mengajak saya mengunjungi tanah kelahirannya, India Selatan. Karena sejak kecil saya juga sudah diajarkan bebahasa Inggris, saya diajak ke tempat-tempat ceramah spiritual. Saya juga diajak berinteraksi dengan tokoh-tokoh spiritual yang ada di sana. Hingga suatu waktu saya sangat senang karena dijumpakan dengan penulis favorit yang sejak kecil bukunya sudah saya baca, yaitu J. Khrisna Murty. Ayah saya memang orang yang sangat sederhana dan lebih mementingkan moril dan spiritual. Bahkan dengan kesederhanaan yang teramat sangat, ia pernah menasihati saya untuk tidak membeli sofa dan mobil baru. Menurutnya, kursi kayu yang ada di rumah masih bisa digunakan dan mobil ketika itu tidak diperlukan, hanya menjadi gaya hidup," papar Mohan Leo.
Kisah kesederhanaan yang dipaparkan Mohan Leo sudah sangat jarang dijumpai di masa sekarang yang justru lebih mementingkan hidup penuh dengan gengsi dan bermewah-mewahan. Nyatanya, tanpa barang-barang dan gaya hidup mewah berlebihan, Mohan Leo dapat dididik menjadi seseorang yang pintar, bermoral dan memiliki spiritual tinggi. Apa yang dialami Mohan Leo sebagai seorang anak dapat menjadi contoh untuk dijadikan pola pendidikan keluarga di masa sekarang.
Mendidik anak sama sekali tidak diperlukan perlakuan yang kasar dan tidak baik. Dengan nasihat, didikan penuh kasih sayang, dan keramahan, membuat Mohan Leo lebih mudah menerima pesan dan pelajaran yang diberikan ayahnya. Mohan Leo tidak pernah mendapatkan bentakan dan kata-kata kasar dari D. Kumarasmy. D. Kumarasmy benar-benar lebih dari seorang ayah untuk Mohan Leo, D. Kumarasmy juga menjadi guru yang teladan.
Nasihat-nasihat yang disampaikan dengan tutur kata lembut dan berwatak ramah tak pernah membuat Mohan Leo bosan menerimanya. Sampai maut bertemu dengan D. Kumarasmy, Mohan Leo selalu menerima nasihat-nasihat D. Kumarasmy dengan segenap hati.
Salah satu nasihat terbaik yang diberikan D. Kumarasmy kepada Mohan Leo adalah saat Mohan Leo akan segera melepas masa lajangnya, menikah. Jika ayah-ayah dan orang tua lain menasihatkan kepada anaknya yang akan menikah untuk memilih calon istri atau suami dengan persyaratan berorientasi materi (duniawi), D. Kumarasmy memberikan nasihat dengan orientasi moril.
"Saat saya akan menikah, Pak D. K tidak memberikan persyaratan yang sifatnya duniawi. Beliau malah menasihati saya untuk mencari calon istri yang memiliki tingkah laku, etika dan moril yang baik. Saat saya menikah beliau tidak menyuruh saya untuk hidup kaya dan makmur. Beliau mengatakan kepada saya dan istri untuk hidup sabar dan memberikan manfaat untuk banyak orang. Hidup bukan untuk dimewah-mewahkan katanya. Sampai saat ini prinsip itu yang saya pegang, saya selalu bersabar dan berusaha memberikan manfaat untuk orang lain," Mohan Leo menjelaskan sambil menunjukkan sikap sabar yang dipelajarinya dari D. Kumarasmy.
Peran keluarga memang sangat penting dalam memberikan pengaruh untuk perkembangan anak. Orang tua memiliki waktu yang lebih banyak dibandingkan guru di sekolah formal. Maka sesungguhnya orang tua wajib memberikan pendidikan kepada anaknya.
Anak adalah manusia yang juga memiliki kehendak dan kemampuan individu. Anak juga makhluk yang dapat melakukan penolakan jika dirinya merasa tidak aman dan nyaman. Maka pendidikan dari keluarga atau orang tua tidak akan sampai kepada anak ketika pendidikan yang diberikan malah membuat sang anak menjadi tidak aman dan nyaman. Mohan Leo adalah hasil dari pendidikan ayahnya, D. Kumarasmy. Telah diuraikan betapa baik dan efektifnya pendekatan yang dilakukan D. Kumarasmy kepada Mohan Leo hingga Mohan Leo dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang memiliki karakter dan berkepribadian baik.
Setelah sekian lama D. Kumarasmy meninggal dunia, Mohan Leo tidak pernah berhenti membanggakannya. Selain mengaplikasikan pendidikan keluarga yang diberikan D. Kumarasamy ke dalam keluarganya, Mohan Leo juga selalu memberikan cerita tentang sosok ayahnya untuk dapat diadaptasi di dalam keluarga orang lain. 'It Will Pass' adalah satu kalimat dari D. Kumarasmy yang tidak pernah hilang dari telinga Mohan Leo .
"Ayahanda kami membangun humanisme di tengah-tengah masyrakat yang multikultural dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ayahanda kami selalu menghadapi semua cobaan dan masalah dengan penuh sabar dan tabah, selalu mencari solusi terbaik tanpa merugikan orang lain. Pesan beliau yang sangat berguna serta selalu bergema di telinga saya adalah 'It Will Pass' yang memiliki makna sangat dalam yaitu semua persoalan dan permasalahan baik atau tidak baik, senang atau tidak senang, akan berlalu dan tidak kekal dalam kehidupan kita," Mohan Leo menutup kisah D. Kumarasmy sebagai sosok ayah yang ideal.
KOMENTAR ANDA