post image
KOMENTAR
Lebih dari 1.000 wanita dan gadis remaja telah menjadi korban perdagangan seks di bar-bar terlarang Amerika Serikat.

Begitu kata kelompok anti-perbudakan Polaris dalam sebuah studi yang melacak panggilan perdagangan wanita dari selama dekade terakhir baru-baru ini.

Merujuk pada studi tersebut, setengah dari kasus perbudakan seks di bar terlarang itu muncul di Houston dan Texas, daerah yang dekat dengan perbatasan Meksiko dan memiliki populasi Latino yang besar.

Salah seorang penulis studi, Tessa Couture menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bar-bar terlarang itu dikenal dengan Sebutan cantinas. Bar semacam itu banyak berdiri di daerah dekat perbatasan Meksiko.

Bar-bar tersebut menyamarkan biaya seks komersial di harga minuman yang sangat tinggi. Perempuan yang bekerja di bar dipaksa untuk menggoda dan mengajak minum pelanggan.

Cantinas membatasi siapa saja yang hendak masuk dan tidak terbuka untuk masyarakat umum.

Dalam studinya, hotline yang dijalankan oleh Polaris menerima 201 laporan kasus perdagangan seks yang melibatkan 1.300 korban di cantinas dan bar di 20 negara bagian Amerika Serikat antara tahun 2007 dan 2016. Lebih dari setengah korbannya merupakan anak di bawah umur.

Salah satu temuan Polaris lainnya menunjukkan bahwa beberapa wanita dipaksa untuk berhubungan seks bahkan hingga 50 kali sehari dengan pelanggan bar,

Pemilik cantina tersebut telah dijatuhi hukuman seumur hidup karena perdagangan seks, konspirasi dan kasus lainnya pada awal tahun ini.

Kasus semacam ini sulit untuk diselidiki, karena pedagang dan pemilik dapat menyembunyikan kepemilikan cantinas mereka atau lisensi alkohol, dan karena korban terlalu takut untuk bersaksi di pengadilan. Pasalnya, tidak sedikit wanita yang diancam bila melapor maka pemilik akan membalas dengan menyakiti keluarga mereka.

"Orang-orang tahu bahwa ada kemungkinan yang sangat nyata keluarga mereka akan terluka," kata Couture.

Kata studi Polaris, kebanyakan dari pemilik cantinas maupun korbannya berasal dari Meksiko atau Amerika Tengah.

Proses perekrutan biasanya dilakukan kepada wanita atau anak perempuan dengan cara diintimidasi oleh ancaman dan kekerasan atau dipaksa ke dalam jeratan utang.

Polaris merekomendasikan agar ada peningkatan pelatihan untuk penegakan hukum dan penyedia layanan seperti petugas kesehatan, pembagian informasi yang lebih baik antara penegak hukum dan instansi pemerintah, dan lebih banyak dana untuk investigasi dan penuntutan.[rgu/rmol]

Anak Dan Ayah Keroyok Warga Hingga Tewas Di Medan

Sebelumnya

Ini Obat Cair Yang Digunakan Reynhard Sinaga 'Predator Seksual' Dalam Memperdaya Korbannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Kriminal