Kondisi objek budaya Desa Lingga kian memperhatikan. Tak hanya dilupakan, sejumlah artefak warisan sejarah dan budaya masyarakat Karo ini terancam rata dengan tanah.
"Tidak ada perhatian dan penanganan dari pemerintah manapun untuk warisan sejarah dan budaya ini. Kalau dibiarkan berlarut-larut, bangunan ini pun akan segera rata dengan tanah," kata Damson Tarigan, juru kunci, rumah 12, salah satu rumah yang tersisa di komplek Desa Lingga kepada RMOLSumut akhir pekan lalu.
Menurut Damson, hingga kini dia dan keluarga keturunan Raja Sinulingga yang ditugaskan menjaga tempat itu mempertahankan dan merawat bangunan lewat sumbangan ala kadarnya dari wisatawan.
"Kondisi bangunan ini semakin memprihatinkan. Kita merawat bangunan ini lewat sumbangan orang yang datang. Ya ala kadarnya," lanjut Damson.
Dikatakan Damson, bila tidak adanya perhatian serius dari pemangku kebijakan, maka empat rumah adat yang tersisa di komplek ini pun akan segera rata dengan tanah.
Hal yang sama disampaikan pegiat budaya Abdul Tarigan.
Kepada RMOLSumut, Abdul Tarigan menyampaikan kerisauannya tentang masa depan Desa Lingga.
"Ini adalah warisan terakhir, dan bukti bahwa peradaban Karo eksis dari masa ke masa. Mestinya, di saat mata orang semua tengah tertuju pada erupsi Sinabung yang tak putus-putus, Desa Lingga sebagai salah satu bukti eksistensi Karo mendapat atensi," kata Abdul.
"Tugas merawat dan menjaga kelestarian seperti Desa Lingga adalah tugas utama, khususnya Pemerintah Kabupaten Karo. Bagaimana mungkin tidak ada perhatian, untuk Desa Lingga ini. Rubuhnya Desa Lingga ini berarti bencana kemanusiaan untuk Karo," terang Abdul.
Abdul berharap pihak-pihak terkait segera turun tangan menyelamatkan Desa Lingga sebagai aset budaya yang juga memiliki potensi wisatanya cukup besar.
"Jangan tanggung untuk menjadikan destinasi wisata. Tolong Pak, perhatikan Desa Lingga," demikian Abdul Tarigan. [krm]
KOMENTAR ANDA