post image
KOMENTAR
MBC. Komitmen kebangsaan, Almarhum Ketua MPR Taufik Kiemas sudah tidak diragukan lagi, bahkan nyaris tak ada bandingannya di masa sekarang.
Paling terkini untuk memperlihatkan bahwa Taufik Kiemas adalah negarawan 24 karat itu disaat dia menggunakan posisinya sebagai Ketua MPR mengampanyekan "4 Pilar" (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika).

"Ketika para pembesar negara, mulai dari presiden, wapres, menteri, hingga anggota DPR/MPR dan para kepala daerah di seluruh Indonesia terjerembab ke lembah liberal, dan tercerabut dari akar budaya kebangsaannya, Taufik Kiemas "4 Pilar", benar-benar 24 karat," seperti ditulis Budayawan Adhie M. Massardi pada kolom politik Tebas, Rakyat Merdeka Online, Minggu (9/6/2013).

Massardi menilai tujuan Taufik Kiemas memasukan kembali (4) nilai warisan para pendiri bangsa dalam pikiran bangsanya telah berhasil, meski sejumlah orang menertawakannya karena menempatkan Pancasila sebagai pilar.

"Seperti langkah politik Gus Dur yang tidak terlalu mementingkan kemasan kecuali substansi dan hakekatnya, Taufik tak bergeming," kata Sekjen Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) itu.

Mudah dibayangkan, menurut Massardi, kalau Taufik Kiemas tidak menempatkan Pancasila dalam khasanah "perpilaran", pasti Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika tidak akan menjadi pembicaraan sehangat seperti sekarang.

Benar, bagi Taufik Kiemas, tidak penting Pancasila itu dikategorikan dasar atau pilar. Yang penting segera dihayati, dan nilai-nilainya diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Memberi visi. Mengajak orang berpikir ke depan. Itulah gaya Taufik Kiemas. Sekarang kita baru merasakan "kebenaran" kata-kata dan pikiran almarhum. Termasuk kita baru paham belakangan ini bahwa orang yang kekanak-kanakan kalau jadi pemimpin akan berbahaya bagi bangsa dan negara. Jadi apa yang dikatakan Taufik Kiemas dulu itu, tentang 'jenderal kekanak-kanakan'," benar belaka.

Massardi di akhir tulisannya mengajak untuk menelisik lagi satu persatu tokoh berkualitas negarawan 24 karat, tempat bertanya untuk memecah kebekuan dan kebuntuan dalam berbangsa dan bernegara.

"Tapi masih adakah?" tanya dia. [rob]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya