
AIESEC sendiri merupakan organisasi internasional dibidang pemberdayaan pemuda yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi kepemimpinan yang berdiri sejak 1948.
Presiden AIESEC USU, Stephanie mengatakan isu-isu yang menjadi fokus organisasi ini meliputi isu global dibidang lingkungan (environment), pendidikan (education), kesehatan (health), anak-anak(children), pariwisata (tourism) dan wirausaha (enterpreneur).
"Setiap relawan akan dihadapkan kepada isu-isu yang penuh dengan nilai kemanusiaan tersebut," katanya, Selasa (28/4/2015).
Ia menambahkan, setiap relawan yang tergabung dalam organisasi ini tidak hanya diperkenalkan dengan kondisi pada negara masing-masing, namun lintas negara. Para relawan secara rutin akan mengikuti program pertukaran pelajar dengan para pelajar dari negara-negara lain.
Khusus untuk isu pendidikan dan anak-anak, para relawan akan mendapatka kesempatan untuk mengabdi sebagai pengajar bagi anak-anak yang kurang mampu pada suatu negara tertentu.
"Mereka melakukannya dalam kurun waktu 4 hingga 8 minggu," ujarnya.
Berdasarkan pengalaman, kegiatan pertukaran pelajar ini sangat bermanfaat bagi para relawan. Selain meningkatkan pemahaman mengenai kondisi negara-negara lain, mereka juga bisa bertukar pikiran dengan pelajar-pelajar dari negara lain sekaligus meningkatkan kemampuan komunikasi lintas budaya.
"Dan yang paling penting mereka semakin peka terhadap isu-isu sosial dan kemanusiaan," demikian Stephanie.[rgu]
KOMENTAR ANDA