post image
KOMENTAR
Orang tua siswa SD Taman Harapan di Kecamatan Medan Perjuangan kecewa dengan pelaksanaan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) untuk kategori Tari Melayu Medan yang digelar di SD Negeri Jalan Madong Lubis. Perlombaan tari Melayu Medan yang digelar pada 31 Maret 2016 lalu tersebut merupakan ajang seleksi bagi peserta tingkat SD untuk mengikuti kegiatan serupa untuk tingkat Kotamadya Medan yang rencanannya digelar pada akhir April 2016 mendatang. Namun pelaksanaannya diduga penuh kecurangan dimana hasil penilaian juri diintervensi oleh oknum Kepala UPT TK/SD Medan Perjuangan.

"Hasil penilaian juri yang berhak untuk lolos adalah peserta dari SD Taman Harapan. Tapi yang diloloskan oleh kepala UPT nya justru peserta yang dicoret oleh juri," kata Agustina sembari menunjukkan bukti penilaian yang ditandatangani oleh juri bernama Meiliza Hijratti tersebut, Senin (4/4)

Agustina menjelaskan, dalam lomba tari untuk seleksi O2SN tingkat kecamatan tersebut diikuti oleh 4 grup peserta tari dari 3 sekolah yakni sekolah SD Taman Harapan, SD Zahira dan SD Muhammdiyah 19. SD Taman Harapan sendiri menurutnya mengirimkan 2 grup tari untuk mengikuti lomba tersebut. Masih menurut Agustina, saat itu pengumuman langsung diambil alih oleh Kepala UPT TK/SD Medan Perjuangan dengan mengumumkan SD Zahira sebagai pemenang yang berhak lolos ke tingkat Kotamadya Medan. Para orang tua yang tidak puas dan merasa ada yang aneh kemudian mempertanyakan hal tersebut kepada juri yang akhirnya mengakui bahwa pengumuan tersebut berbeda dengan hasil keputusannya.

"Jurinya sudah berterus terang sama kami, bahwa hasil penilaian dia berbeda dengan yang diumumkan oleh kepala UPT. SD Zahira menurutnya dicoret sebagai pemenang karena tariannya tidak murni mengikuti tarian Melayu Medan, melainkan kolaborasi tari Melayu dari Luar Medan. Namun itu tadi yang diumumkan beda, makanya anak-anak jadi kecewa," ungkapnya.

Orang tua siswa berharap, kejadian ini menjadi perhatian dari Dinas Pendidikan Kota Medan untuk menerapkan nilai kejujuran kepada anak didik sejak usia dini. Sebab menurutnya, kondisi seperti ini membuat mental berkompetisi anak-anak sekolah menjadi drop.

"Anakku saja terus mengeluh dan bilang harusnya mereka yang menang. Kan saya jadi kasihan," sebutnya.

Terpisah Kepala UPT TK/SD Medan perjuangan yang dikonfirmasi belum memberikan komentarnya seputar persoalan tersebut hingga berita ini diturunkan.[rgu]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya