post image
KOMENTAR
Ketua Komisi VII DPR-RI yang membidangi energi dan lingkungan hidup Gus Irawan Pasaribu menyatakan sudah bertemu dengan dirut Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk tindak lanjut penurunan harga gas industri yang berada di Sumut.
"Begini, saya kan sudah dari awal konsentrasi sebagai Ketua Komisi VII DPR-RI ini dan sebagai putra daerah Sumut yang menjadi daerah pemilihan saya akan fokus pada soal listrik dan gas. Saya sudah bertemu langsung dengan Dirut PGN terkait harga gas di Sumut. Komitmen saya kan harusnya harga turun dari 13,8 dolar AS per mmbtu. Saya minta di bawah dua digit. Setelah berbagai progress PGN menyatakan aplikasi di lapangan akan berada di angka 9,9 dolar AS," jelas Gus.

Kalau kemudian sekarang belum diaplikasikan di lapangan atau kalau baru sebatas surat keputusan dia meminta industri yang ada di Sumut untuk menyuarakan aspirasinya. Karena ini sudah lama sekali kita godok. Keputusan Presiden sudah ditindaklanjuti oleh Peraturan Menteri, sehingga sudah tidak ada hambatan agar harga gas diturunkan.

Dia mengatakan penurunan harga gas itu didorong dari hulu sampai ke hilir.

"Kebetulan background saya kan accounting jadi saya bisa fahami unsur cost mana saja yang bisa diturunkan dari harga awal 13,8 dolar AS per mmbtu. Akhirnya saya berkesimpulan memang harus dimulai dari hulu," jelasnya.

Menurut Gus, bicara hulu tentu berupa kebijakan dan regulasi. Syukurnya di masa Pak Sudirman Said persoalan hulu ini sudah diselesaikan. Terbukti dengan turunnya Keppres dan Permen tadi. Di hulu itu harganya sudah ditekan menjadi 6 dolar AS per mmbtu.

Setelah itu Gus meminta agar biaya transmisi diturunkan, biaya regasifikasi diefisienkan kemudian biaya pipanisasi pun harus ditekan. Artinya regulasi sudah diselesaikan, transmisi, regasifikasi dan pipanisasi sudah diarahkan penurunannya.

Selain dari Pertamina, faktor PLN sebagai konsumen besar juga sangat penting menurutnya. Pertamina sudah berjanji bisa menurunkan harga kalau gas di Sumut konsumsinya besar. Dengan besarnya konsumsi biaya penyimpanan gas milik Pertamina menjadi lebih rendah. Dengan turunnya cost di penyimpanan, ada peluang menekan harga lebih murah. Sebab menurut Pertamina sekali pengapalan pasokan gas mereka harus menyimpan dengan stok hingga 400 hari ke depan.

"Itu akan menambah cost yang lebih banyak. Jadi harga bisa ditekan menjadi lebih murah lagi, kalau misalnya PLN yang mengkonsumsi gas untuk mesin pembangkitnya meminta lebih banyak," tuturnya.

Atas kondisi itu, Komisi VII pun sudah bicara langsung ke PLN untuk mengubah mesin pembangkitnya dari diesel (solar) ke gas.

"Selain harganya lebih murah, maka efek ikutannya terhadap industri lain tentu akan muncul. Sebab mesin yang mereka pakai membangkitkan listrik dengan gas, akan ikut menurunkan harga gas. Dengan begitu Pertamina memiliki peluang yang lebih terbuka lebar untuk menurunkan harga," ungkapnya.

Dari pembicaraan terakhir, kata Gus, penurunan harga itu sudah terealisasi. Itu sebabnya ia meminta agar ada pengecekan apakah industri di Sumut sudah mendapatkan harga yang dijanjikan. Karena tidak mungkin satu kebijakan hanya berada di atas kertas tapi tak direalisasikan.

Memang Gus mengakui mahalnya harga gas karena terlalu banyak rentang dan jalur distribusi yang ditempuh. Itu sebabnya Komisi VII menginginkan harga dibuat seefisien mungkin dan penuh pertimbangan.

"Kita tidak mau membebani industri. Di negara lain kenapa bisa mahal, terus di sini kenapa mahal dan seringkali kesulitan pasokan. Ini harus dibenahi. Kalau tidak ada tekad kuat melakukan perbaikan kita tidak akan pernah mandiri secara energi," tuturnya.[rgu]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi