post image
KOMENTAR
Catatan Lambertus Siregar*

TobaPulp (PT Toba Pulp Lestari, Tbk) adalah perusahaan industri berbasis kehutanan yang mewajibkan dirinya ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar daker (daerah kerja)-nya.

Perusahaan dengan pabriknya di desa Sosorladang, kecamatan Parmaksian, Tobasamosir, sejatinya memosisikan dirinya juga sebagai bagian dari masyarakat. Logikanya, sesama masyarakat saling memperhatikan, saling peduli, saling menolong, dan saling membentengi.

Bentuknya? Melalui pengembangan sistem pertanian terpadu (IFS – integrated farming system) berbasis peternakan. Untuk ringkasnya, kita sebut saja Sistandu. Sistandu penting, sebab dalam dunia pertanian ada filosifi: Tanah harus disuburkan untuk bisa menghasilkan secara optimal.
Untuk menyuburkannya diperlukan pupuk kandang dari kotoran ternak. Kotoran ternak hanya dapat diperoleh dan dikumpulkan dari pemeliharaan ternak.

Untuk membuat pupuk kandang dibutuhkan teknologi tepat-guna. Terakhir, untuk memperoleh teknologi serta penerapannya perlu pelatihan secara terus-menerus. Sebab, pelatihan membentuk pola pikir, pola rasa, pola tindak yang baru.

Kaitannya dengan kegiatan pertanian, terutama palawija (biji-bijian, kacang-kacangan, sayur-sayuran, umbi-umbian) karena pupuk dari kotoran ternak menyuburkan tanah dan karena itu meningkatkan produktivitasnya. Hasil dan juga sampah pertanian, pada gilirannya menjadi pakan ternak dan ikan kolam (mas, mujair, bawal-tawar, lele), serta bahan campuran pembuatan pupuk kandang.

Dengan demikian Sistandu berciri nol-sampah. Artinya, tidak ada hasil dan buangan dari satu kegiatan yang tidak terpakai pada kegiatan lainnya. Para pakar menjulukinya Integrated Farming System Zero Waste.

Estaskan Kemiskinan
Berdasarkan kalkulasi ekonomi, Sistandu sangat mungkin dapat mengentaskan kemiskinan. Mengapa? Sebab, Sistandu menjanjikan peningkatan pendapatan petani secara periodik: pandapatan harian dan mingguan dari pertanian sayur-sayuran, bulanan dan semesteran dari pertanian kacang-kacangan, biji-bijian dan umbi-umbian, serta tahunan dari populasi ternak besar (sapi, kerbau), ternak sedang (babi, domba), serta ternak kecil (unggas dan ayam).

Petani yang terlatih untuk memperoleh dan mengadopsi teknologi tepat-guna, berkembang menjadi patani yang suka bertukar pikiran dan pengalaman antarsesama (komunikatif), tidak pernah diam (aktif), tidak pernah berhenti melakukan percobaan-percobaan (kreatif) untuk  menemukan sesuatu yang baru (inovatif), sangat menghargai waktu, janji dan agenda kerja (disiplin), dan karena semua itu selalu memperoleh hasil lebih (produktif). Semua hal yang kait-mengait itulah ciri petani mandiri. Dan, kemandirian sangat dekat dengan kesejahteraan.

Bagi petani terlatih tidak ada detik yang berlalu tanpa produktivitas kerja, tidak boleh ada sejengkal pun lahan yang tidak menghasilkan, dan tidak ada hijauan atau sisa apa pun yang tidak dijadikan bahan pupuk kandang. Semua bermanfaat.

Dalam Sistandu, hal paling spektakuler ialah apabila ketiga subsistem (peternakan, pertanian, perikanan) mengalami booming panen, yakni: populasi ternak cepat bertambah, produktivitas pertanian palawija melimpah dengan harga tinggi, serta hasil kolam ikan melimpah.

Namun, dalam hal tidak semua subsektor mengalami hasil optimal, lazimnya subsektor yang kurang menguntungkan akan disupport subsektor lainnya, sehingga secara keseluruhan penghasilan si petani tetap stabil.

Sistandu, adalah juga model pembangunan ekonomi kerakyatan. Sebab dilakoni petani kecil di pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Seorang peserta Sistandu dapat memilih dan menentukan sendiri tanaman unggulan apa yang cocok dikelola, jenis ternak apa yang dipelihara, serta cara berternak ikan apa untuk lahannya.

Lebih menarik lagi, karena sistem ini dapat diwujudkan dalam kelompok. Seorang atau beberapa anggota mengembangkan salah satu subsistem seperti peternakan. Anggota yang lain mengembangkan perikanan. Dan yang lainnya lagi  fokus pada pertanian. Dengan demikian, antaranggota kelompok saling melengkapi demi keberhasilan bersama.

Apalagi, dalam Sistandu diberlakukan sistem bergulir. Artinya, setiap penerima bantuan ternak diwajibkan menyisihkan dua ekor anakan ternaknya –setelah beranak— untuk di-”gulir”-kan pada calon penerima berikutnya. Dengan demikian peserta Sistandu terus bertambah seiring pertambahan populasi ternak. Ini wujud lain dari gotongroyong.

Melalui Sistandu dapat pula diidentifikasi apa yang menjadi kekuatan khas suatu kampung untuk menghasilkan produk tertentu. Tentu, tanaman yang paling cocok dikembangkan di satu daerah berkaitan dengan iklim.

Jenis dan jumlah ternak bersinggungan dengan ketercukupan lahan. Paling hebat, bila bisa di-setting agar setiap desa, atau mungkin setiap kecamatan, atau paling tidak setiap kabupaten memiliki produk primadona. Paling ideal setiap kampung memiliki jenis produk yang khas dan menjadi kekuatannya: "one village, one product." 

Sebagai contoh, Tobasa kini sudah mulai dikenal karena sapi-bali-nya. Sebab populasinya sejak di-drive untuk pertamakali 2003 oleh TobaPulp, kini sudah mencapai 500-an ekor dan tersebar di 13 kecamatan. Sebentar waktu lagi, boleh jadi babi landrace-pun bisa menjadi ikon baru karena perkembangannya tergolong cepat.

Pemberi Makan Makhluk Hidup
Sebenarnya, ada satu hal paling membanggakan sebagai petani –melebihi kebanggaan menggeluti pekerjaan atau profesi lain apa pun— yakni posisi petani sebagai  penyedia bahan makanan bagi seluruh ummat manusia dan juga satwa peliharaan.

Sulit digambarkan, bagaimana orang-orang paling kaya sekali pun, bisa menikmati kekayaannya dengan sentosa, bila para petani tidak memasok kebutuhan konsumsi hidupnya. Maka, tidaklah keliru bila ada yang mengatakan, "Pertanian adalah Kehidupan dan Kehidupan adalah Pertanian (Living is an agriculture)."

Pertanian menghasilkan makanan: beras, gandum, sorghum, sagu, daging, ikan, sayuran, buah-buahan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Dalam ajaran agama pun ada disebutkan, bertani adalah pekerjaan paling mulia!

*Humas TobaPulp di Parmaksian

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi