post image
KOMENTAR
Domba Waringin, begitulah orang menyebutnya. Domba yang beratnya bisa mencapai 200 kg lebih ini, adalah hasil rekayasa genetika seorang putra terbaik Langkat.

Dia adalah Ir H. M. Tista Waringin Sitompul (alm), yang pernah menjadi dosen di fakultas Peternakan,Universitas Sumatera Utara (USU), yang merupakan penemu domba Waringin.

"Waringin" diambil dari nama dirinya. Proyek rekayasa genetika domba Waringin, dimulai sekitar tahun 1990. Ketika saat itu dirinya membeli 3 pasang domba dari 3 negara lain, seperti Australia dan Inggris.

Hal itu diungkapkan oleh putra beliau yang bernama Mirsal Waringin S.St alias Ical (30), saat Medanbagus.com, berkunjung ke rumahnya, yang sekaligus menjadi peternakannya, di jalan D I Panjaitan, Lingkungan II, Desa Sidomulyo, Kabupaten Langkat, Minggu (13/11).

"Sekitar tahun 1990, almarhum orang tua saya  mencari bibit domba dari tiga negara. Setelah di teliti, akhirnya domba jenis Sufolk asal negara Inggris, yang sesuai dengan iklim di negara kita ini," ungkap Ical.

Kini setelah orang tua Ical (Ir H M Tista Waringin Sitompul) meninggal dunia pada 30 Oktober 2016, karena penyakit diabetes yang dideritanya, Ical bertekad untuk meneruskan program dan usaha Almarhum Tista Waringin.

Dengan dibantu oleh beberapa mahasiswa yang sedang magang, Ical dengan tekun mengurus domba-domba yang diwariskan orang tuanya tersebut.

"Ada sekitar 180 ekor domba yang ada di sini. Namun untuk di Kabupaten Langkat, diperkirakan populasi domba Waringin ini mencapai jutaan lebih, yang sumbernya berasal dari tempat kami," beber Ical.

Lebih lanjut dikatakan Ical, Ir H M Tista Waringin semasa hidupnya selalu memberikan zakat kepada  orang yang membutuhkan. Itu merupakan salah satu program Almarhum yang harus di teruskan.

"Sewaktu masih hidup, beliau tidak pernah lupa berzakat. Hal tersebut yang selalu kami ingat," kata Ical sembari diaminkan oleh abangnya yang bernama Arif.

Domba Waringin mempunyai ciri tersendiri dari domba pada umumnya. Selain bobotnya yang lebih berat, perbedaan domba waringin dengan domba biasa terletak pada panjang Tubuhnya yang lebih panjang dari domba pada umumnya.

Selain itu, lanjut Ical, tidak adanya tanduk serta adanya bintik bintik di mukanya, merupakan ciri khas domba waringin.

Untuk pemasaran domba waringin, diakui Ical sudah keluar daerah, seperti Aceh, Pekan Baru, dan Palembang.

"Sebenarnya banyak sekali orang yang menginginkan domba waringin ini. Namun dalam hal ini kita akan penuhi untuk kuota Sumut dulu," katanya.

"Kalau untuk pembibitan, biasanya usia yang cocok buat domba berusia 4 sampai 6 bulan. Begitupun disetiap makanannya kita selalu menambahkan concentrate, suplemen sebagai penambah selera makan buat domba tersebut," demikian Ical. [hta]




Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas