post image
KOMENTAR
Rencana pemerintah menaikkan gas elpiji 12 Kg dari Rp70.200 menjadi Rp95.600 diprediksi bakal berdampak negatif.  Selain high cost (biaya produksi tinggi), hal itu bakal berakibat terhadap pemecatan buruh yang memicu pengangguran besar-besaran.


Demikian disampaikan pengamat Sosial Politik, Affan Alqudus kepada MedanBagus.com di ruang dosen Fisip UMSU, Jumat (22/2/2013).

"Karena elpiji merupakan pemakaian sangat dominan dan bersifat massal bukan hanya di kalangan ibu rumah tangga saja," ujarnya.

Dia menambahkan, hal yang dikhawatirkan akan terjadi protes besar-besaran lagi seperti kejadian sebelumnya. Sebelum kenaikan itupun buruh sudah protes lewat aksi demo. "Dikhawatirkan, akan menjadi tindakan anarkis yang nantinya akan merugikan kita semua."


Apalagi, tambahnya lagi,  kenaikannya mencapai 20 persen yakni Rp25.400, kenaikan itu termasuk kenaikan yang fantastis.
Sementara buruh baru saja lega atas kenaikan upah beberapa bulan lalu meskipun kenaikan tersebut masih belum memuaskan beberapa elemen buruh lainnya.

"Jika hal itu terjadi pasti akan memberatkan masyarakat sebagai kalangan yang menjadi objek dari pemerintah dalam konteks ini, ditakutkan dengan kenaikan elpiji dan TDL akan mengakibatkan keresahan sosial dan mengancam stabilitas kota," imbuhnya.

Jadi, lanjut Affan,  sebelum Maret mendatang disahkan, pemerintah sebaiknya mencari solusi alternatif agar tidak menimbulkan gejolak sosial di masyarakat," tandas. Jika tidak, ujarnya pula, buruh di Sumut siap-siap kena PHK. [ans]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi