post image
KOMENTAR
Para peneliti di Liverpool dan Manchaster, Inggris, menemukan bahwa kelompok menengah dalam komunitas monyet paling banyak mengalami stres. Peringkat sosial kelompok ini setara dengan pekerja kelas menengah pada manusia.

Penelitian itu juga dapat menjelaskan mengapa kelompok kelas menengah paling banyak menderita stres di tempat kerja.

Kesimpulan ini diambil setelah para peneliti mengamati kera Barbary betina selama hampir 600 jam. Mereka mencatat semua perilaku sosialnya.

Katie Edwards, seorang ahli biologi di University of Liverpool yakin bahwa temuan ini dapat diterapkan kepada manusia. "Orang yang bekerja di manajemen menengah mungkin memiliki tingkat hormon stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan bos mereka di bagian atas atau para pekerja yang mereka kelola," kata Edwards.

Temuan menunjukkan bahwa konflik sosial adalah penyebab stres. Ini dapat dibandingkan dengan masalah yang dialami oleh orang-orang ambisius di peringkat menengah.

Dr Susanne Shultz, peneliti dari University of Manchester yang mengawasi penelitian ini, mengatakan bahwa monyet di level menengah dalam komunitasnya terlibat konflik dengan yang di level bawah mereka maupun atas. Sedangkan monyet di level bawah menjauhkan diri dari konflik.

"Kera di level menengah lebih cenderung untuk menantang dan ditantang," kata Dr Shultz.

Penelitian ini melibatkan pemantauan satu kera betina. Dalam satu hari para peneliti mengamati tiga jenis perilaku, yaitu atletik seperti ancaman, mengejar, dan menampar. Kemudian juga menunduk seperti berteriak, meringis, unjuk bagian kaki belakang, dan afiliatif seperti gigi menggeretak, merangkul dan perawatan.

Hari berikutnya mereka mencermati sampel feses kera betina itu untuk mengetahui kadar hormon stresnya di laboratorium Kebun Binatang Chester. Tingkat tertinggi hormon stres dicatat setelah monyet mengalami perilaku agresif. [rob]

Inovasi Pemutus Rantai Penularan Tuberculosis Paru Melalui Wadah Berisi Lisol Terintergrasi Startegi Derectly Observed Treatment Shourtcourse (DOTS)

Sebelumnya

Cegah Stunting Melalui Pemberdayaan Masyarakat

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Kesehatan