post image
KOMENTAR
Nyanyian Pengangguran
(buat para tuan tanah}

Beri aku sepetak lahan
Boleh kau pinjamkan
Akan kubuang semua angan-angan
Mimpi hidup tanpa pekerjaan
Cari makan mengemis di jalanan

Beri aku sepetak lahan
Boleh kau pinjamkan
Biar kutanam segala harapan
Esok tumbuh tanaman pepohonan
Padi, jagung, ketela dan kacang-kacangan
Sawi, bayam, cabai dan bawang

Beri aku kesempatan
Jadi transmigran ketika orang-orang
Agar aku tak merasa tak dibiarkan
Turun ke jalan cuma jadi demonstran bayaran
Tuan-tuan yang punya kepentingan

Beri aku jalan
Menghujauhijaukan tanah harapan
Dari kemalasan dan angan-angan
Jadi "bangsawan" dengan berpangku tangan

25 September 2014

Rasta...Rasta... Rasta...

Rasta...rasta... rasta...
Nyanyian dusta ada dimana-mana
Langit setengah hitam, murka cakrawala
kotakota lengang, lenyap dalam ruang-ruang ilusi
Matahari pun enggan melukis pelangi
Setelah gerimis titis, lelaki beriam di ketiak istri
Membakar diri bukan dalam api revolusi
Membakar diri bukan dalam militansi
Membakar diri bukan untuk tanah ini negeri
Lalu mengganti kelamin jadi banci dan doyan memaki maki
Tanah ini negeri tanpa warawiri

Rasta... rasta... rasta...

Siapa lagi menghirup pagi di jalanjalan sepi
Siapa tadi membuat janji ini negeri tanpa politisasi dan korupsi
Siapa lelaki bernyali merampas kembali
Tanah ini negeri dari tangan pencuri berasi
Pejalan kaki, pengemis suami istri, pemulung atau lelaki banci
Yang datang dari perut bumi setelah tsunami

Rasta...rasta... rasta...
Kota telah mati, intelektual pun tak lagi kembali
Kampuskampus sepi diskusi, tampang selebriti
Tawuran sana sini, ikon University of Industry
DIktat, toserba fotokopi dan janjijanji para penguji
Kota tak lagi disinggahi matahari
Lelaki dan perempuan kehilangan cahaya pagi
kehilangan janjijanji dan lelaki yang tegak berdiri
Di setiap halte jalanjalan sepi

23 September 2012


Sengketa Semu
:refleksi buat kaum akademikal

Di atas kitabkitab itu
Kita jadi susah bertemu
Padahal ilmu bukan untuk berseteru

DI atas kitabkitab itu
Kita enggan menyatu
Padahal filsafat awal semua itu

DI atas kitabkitab itu
Kita menipu hakikat ilmu
Sebab sepertinya kita merasa mampu

Di atas kitabkitab itu
Aku tak terlalu ingin meniru
Apa yang laku empuempu pembuku

2013

Zulkarnain Siregar
Populer dikenal sebagai Lentera Langit Jingga
Menulis puisi dan katif di sejumlah forum kepenyairan Indonesia.
Sejumlah bukunya telah diterbitkan. DIantaranya Selendang Berenda Jingga (2011). Serta sejumlah antologi bersama penyair Kota Medan dan Nasional.

Tiga puisi di atas diambil dari antologi puisi tunggal kedua Zulkarnain Siregar, Pulang ke Hulu 2015

Ibu Tanah Air

Sebelumnya

16 Titik Api Dideteksi Di Sumatera, Singapura Berpotensi Berkabut

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Rumah Kaca