post image
KOMENTAR
Jerih payah selama lima tahun kini membuahkan hasil. Hal ini yang dirasakan Pemuda Asal Padang Gala-gala bernama Denny Syafrizal. Awal kuliah yang ia jalani pertama kali merupakan tekatnya yang pada awalnya dilarang kedua orang tuanya.

Pada pertama masuk kuliah di tahun 2013, Denny dipatahkan semangatnya oleh sang Ayah, karena khawatir pada pertengahan jalan tidak bisa membiayai kuliahnya tersebut.

Pernyataan pahit tersebut membuat Denny awalnya sedih dan hampir putus asa. Berhubung Sang Ayah yang kini sudah merantau  ke Riau, karena kebangkrutan yang diterpanya.

Saat ditanya selepas sidang konferhensif di Aula Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah Asahan Kisaran Kamis (9/11) ia mengatakan sedih bercampur gembira.

Hal yang membuatnya bingung ketika diberi pilihan oleh sang Ayah untuk tidak melanjutkan kuliah lantaran ketakutan sang Ayah tidak bisa mengirim uang bulanan dan uang kuliahnya. Sang Ayah yang bernama Suwono mengatakan pada anak sulungnya bahwa dirinya sangsi tidak bisa memenuhi kebutuhan kuliahnya. Sedih bercampur haru ketika ucapan itu dilontarkan dari mulut sang Ayah kepadanya.

"Jika di kemudian hari Ayah tidak bisa membiayaimu, jangan sampai berkecil hati ya nak, karena sekarang ayah lagi merintis semuanya untuk kalian. Atau Ayah belikan ladang ya lalu kau urus, "ucap sang ayah dengan nada sedih.

Kala itu, Denny seorang anak lelaki sulung pasangan Suwono dan Darma Lina Boru Pasaribu itu tidak tau apa yg harua ia lakukan. Dengan sedih, berdiam dan melamuni perkataan sang Ayah Denny mencoba berpikir agar keinginannya untuk melanjutkan jenjang  ke Perguruan Tinggi terpenuhi.

"Saya lama diberikan waktu pada kala itu untuk berpikir, mana yang akan saya pilih, ladang kah, melanjutkan di perguruan tinggikah, hampir beberapa hari berpikir dan akhirnya saya pilih untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, "tuturnya.

Ketika dahulu dirinya pamit kepada orang tuanya untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi di hujani air mata oleh Ayah dan Ibunya. Sang ibu yang terlihat sangat sedih melihat anak sulungnya berangkat tak mengeluarkan  apa-apa.

Sang ibu kemudian memeluknya dengan erat-erat.

"Jaga diri elok-elok (baik-baik/red) diaana ya nak, jangan buat ayah sama mamak malu, jaga nama baik keluarga, semoga kau berhasil ya nak dan bisa membanggakan kami dikampung ini, "ucap sang ibu dengan nada terhisak-hisak.

Denny yang kala itu pernah meniti di Perguruan Tinggi Negeri di Kota Metropolitan Medan, tak dilanjutkannya hingga selesai lantaran biaya hidup di Ibu Kota Sumatera Utara itu ia rasa kedua orangtuanya tak mampu, alhasil ia memutuskan untuk berkuliah di Perguruan Tinggi Swasta di Kota Kisaran yakni Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah Asahan (STIHMA) Kisaran.

Lari dari jurusan yang ia pilih, ia tetap semangat dalam menjalani ilmu di perguruan tinggi tersebut karena ia berpikir semua bisa dikuasai asal dengan kerja keras dan belajar.

Saat ia kuliah, kakak dari si bungsu Shinta Widya Ayu mencari penghasilan tambahan guna meringkan beban kedua orang tuanya dikampung. Hal itu dilihat ia sangat tidak memilih semua pekerjaan semua dikerjakannya dengan ikhlas demi tidak membebankan kedua orangtuanya.

Mulai dari membantu orang jualan, bahkan sampai berjualan aksesoris handphone pernah ia jajaki. Di Kota Kisaran, Denny tinggal di rumah Raden Suhartono seorang Pegawai Negeri Sipul di wilayah Pemerintah Kabupaten Asahan yang tak lain merupakan alumni dari STIHMA. Ia diberi rumah sepetak untuk tnggal disitu. Dirumah sepetak itula ia belajar dengan sungguh-sungguh.

"Saya sangat berterima kasih sudah diberi tinggal dan tidak membayar sepeserpun di rumah Pakde Raden, "ujarnya.

Di masa kuliah ia sangat terseok-seok lantaran ia harus menghemat uangvyang ia miliki. Kini, hasil dari terseok-seok itu sudah manis dirasakannya.

Gelar Sarjana Hukum yang di sandangnya membuat dirinya tidak luput dari doa sang ayah dan ibunya.

Masa kuliah ia juga aktif dalam organisasi sosial, dan juga ia pengurus dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Asahan.

Dari rumah IMM itulah ia berkembang dan dilatih berkomunikasih dengan baik.

"Saya berterima kasih kepada semuanya terkhusus kepada Ayah dan Mamak yang di kampung, tak menyangka saya bisa seperti ini, terima kasih juga kepada kawan-kawan yang telah selalu ada disaat kadang saya tidak makan, karena tak adanya uang, "ujar Denny yang juga Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah Asahan.

Gelar Sarjana Hukum yang ia sandang ini dihadiahkan kepada kedua orang tuanya, dan ia juga berharap bisa mengaplikasikan ilmu yang ia dapat di masyarata, ungkap lelaki yang bercita-cita menjadi Notaris. [krm]

Ibu Tanah Air

Sebelumnya

16 Titik Api Dideteksi Di Sumatera, Singapura Berpotensi Berkabut

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Rumah Kaca