MBC. Rutinitas tawuran antar pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, akhirnya memakan korban nyawa satu siswa, kemarin.
Kalangan anggota DPRD Jakarta merasa geram dan prihatin. Menurut anggota Komisi E DPRD, Asraf Ali, diperlukan kajian mendalam untuk mencari tahu akar kasus tersebut.
"Yang saya lihat, sistem pendidikan kita lebih memfokuskan bagaimana membangun akal dan intelektual. Namun, keagamaan, budi pekerti sangat rendah, sehingga saling menghargai dan menghormati, menyayangi, itu tidak tumbuh di kalangan pelajar," urai Ketua Fraksi Golkar itu, saat dihubungi JakartaBagus.Com, (Selasa, 25/9).
Selama ini pula, dalam pandangannya sebagai anggota Dewan yang membidangi pendidikan, sistem pendidikan nasional selalu mengacu pada upaya melahirkan anak didik yang kompetitif di arena persaingan kerja yang makin ketat.
"Semua harus pintar karena persaingan makin ketat, itu yang selalu dikedepankan oleh sistem pendidikan. Sementara tidak diberikan satu ruang menjadi pelajar yang baik, santun dan baik, bukan pelajar yang beringas apalagi sampai ada naluri membunuh," ungkapnya.
Tawuran antara SMAN 70 dan SMAN 6 Jakarta di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, hampir tiap pekan terjadi, walau beberapa waktu belakangan sempat mereda.
[TENGAH]4[/TENGAH]
Kemarin, belasan siswa SMAN 6 yang hendak berlatih olahraga diserang oleh kelompok SMAN 70. Di tengah aksi kejar-kejaran itu, korban bernama Alawi Yusianto Putra, terjatuh dan jadi bulan-bulanan lawannya. Sempat dibawa ke RS Muhammadiyah, tapi Alawi akhirnya tewas dengan luka sabetan celurit di bagian dada. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA