MBC. Permintaan Jenderal (purn) Luhut B. Panjaitan agar Presiden SBY menyiapkan calon presiden untuk meneruskan tongkat estafet kepemimpinan dianggap biasa-biasa saja.
"Setiap orang berhak (menyarankan). Bahkan, dalam UUD 1945 itu jelas sekali disebutkan bahwa calon presiden itu hanya ada dua syarat. Yaitu WNI dan diajukan partai atau gabungan partai," ujar Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prof. Suhardi kepada Rakyat Merdeka Online (Jumat, 5/10).
Di hadapan SBY, Jenderal Luhut mengungkapkan itu dalam acara peluncuran buku Mengawali Integrasi, Mengusung Reformasi karya alumni Akabri angkatan tahun 1970 di Balai Kartini, Jakarta Selasa malam.
Suhardi juga tampaknya tak mempersoalkan apabila pemilihan presiden 2014 mendatang akan diramaikan para pensiunan jenderal. Dia percaya, calon presiden yang diusung partainya, Letjen (purn( Prabowo Subianto tetap paling diinginkan rakyat.
"Kan sudah diuji, lima, enam terakhir. Semua jenderal juga sudah dimasukkan, sudah di list, sudah disurvei. Yang muncul kan selalu Pak Prabowo yang paling atas," tandasnya.
Selain itu, pernyataan Luhut yang juga mendapat sorotan adalah permintaannya agar capres yang dipilih pada 2014 nanti itu adalah yang memilii rekam jejak yang baik.
Meski tak menunjuk seseorang, tapi sebagian kalangan menganggap pernyataan itu ditujukan kepada Prabowo Subianto. Mantan Pangkostrad TNI itu dianggap punya keterkaitan dengan kasus HAM masa lalu.
Menanggapi itu, Suhardi mengungkapkan, berdasarkan temuan survei, hanya 1 persen masyarakat yang membicarakan masalah HAM. "Tapi yang kepingin masa depen Indonesia baru, pemimpin tegas, bagaimana Indonesia makmur dan pilihan kepada pemimpin yang tegas itu, 47 persen ke atas," jelasnya.
Meski begitu, masih kata Suhardi, semua orang pasti punya kesalahan di masa lalu. Apalagi kalau dicari-cati. "Kalau dicari-cari kesalahan, siapa sih orang yang tak pernah bersalah di dunia ini. Tapi siapa yang mempunyai visi ke depan, sangat sedikit jumlahnya," ungkap Suhardi.
"Nanti kita cari-cari sampai Ken Arok lagi. Digali semua kuburnya. Sementara kita lupa Indonesia ke depan itu bagaimana. Jadi kita harus berpikir lebih banyak ke depan. Dan itu sudah nampak dari hasil survei. Semua orang itu sudah berpikir ke depan," demikian Gurubesar UGM ini. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA