
"Dalam memberitakan sesuatu, media massa memang harus menaruh embel-embel jabatan kader Demokrat. Begitulah cara media, dimana menyebutkan jabatan seseorang disamping namanya dan itu merupakan konsekuensi. Kan itu enggak bisa dipisahkan. Logika nya, seperti aku lah, kalau aku ada masalah, pasti orang bilang 'Oh Ruhut yang juru bicara Partai Demokrat itu'. Kan gitu," ujar Ruhut di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (15/10).
Namun Ruhut yang menjabat sebagai Anggota Komisi III DPR ini lebih menyalahkan beberapa kader Demokrat yang namanya terseret kasus korupsi. "Jadi bukan salah media. Ya karena memang dia saja terlibat korupsi jadi diberitakan terus," pukas Ruhut.
Sebelumnya dalam hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Nasional, menyebutkan bahwa partai Demokrat mendapat suara tertinggi sebagai partai yang kadernya paling banyak terlibat korupsi, yakni sebesar 51,4 persen perolehannya.
Direktur Eksekutif LSN, Umar S Bakry pun mengatakan media punya peran dalam menggiring opini publik. Menurutnya, pemberitaan terkait kasus dugaan korupsi yang menyeret sejumlah politisi Demokrat ikut berkontribusi atas penilaian publik yang tercermin melalui survei ini. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA