post image
KOMENTAR
MBC.  Indonesia kembali kehilangan salah satu putera terbaiknya. Mantan Kapolri Jenderal Purnawirawan Banurusman tutup usia. Rabu (07/11) pagi jenazahnya dimakamkan di kampung halamannya di Kampung Cibeuti, Kawalu, Kota Tasikmalaya.

Rumah mantan Kapolri Banurusman sejak kemarin sudah dipenuhi oleh sejumlah kerabat dan rekan yang melayat. Sebelum dimakamkan, jenazah disemayamkan di rumah duka mantan Kapolri ke 12 ini.

Karangan bunga ucapan belasungkawa datang dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo. Jenazah dimakamkan di pemakaman keluarga yang berjarak 200 meter dari rumah duka dan diiringi upacara militer. Sementara yang menjadi inspektur upacara, Kalemdikpol Mabes Polri, Komjen Ugro Seno. Semasa hidup, almarhum dikenal sebagai sosok yang tegas dan penyayang di mata anak-anaknya.

Keluarga almarhum yang diwakili Witnu Arif Laksono, anak pertama almarhum, mengucapkan permohonan maaf kepada seluruh jajaran Polri dan masyarakat.

Almarhum lahir dan dibesarkan di Tasikmalaya hingga menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 sebelum memulai karirnya di kepolisian. Almarhum meninggal pada usia 71 tahun, meninggalkan seorang istri serta tiga anak. Masing-masing AKBP Witnu Urif Laksana (Kapolres Sukabumi Kota), Popi dan Fika.

Dari ketiga anaknya itu almarhum dikaruniai sembilan cucu. Ketika almarhum pergi untuk selama-lamanya, hanya Witnu yang tidak ada karena waktu itu masih dalam perjalanan Sukabumi-Jakarta.

Di mata Hj Mastiar, almarhum adalah sosok lelaki yang berdisiplin tinggi, selalu menghargai waktu serta rendah hati.

"Kami bertemu dan berkenalan sewaktu sama-sama bertugas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, tahun 60-an. Saat itu saya anggota Polwan dengan pangkat Kapten Polisi. Tapi setelah menikah, saya disuruh berhenti oleh Bapak. Dan Bapak sempat berguyon agar dia saja yang nanti menjadi Kapolri. Guyonan itu akhirnya kesampaian," kata Mastiar.

Ketua Alumni SMAN 1 Tasikmalaya, Suryana, disela melayat teman sekolahnya itu, menuturkan, almarhum dikenal dengan kepribadiannya yang rendah hati. Menurutnya, sejak jadi temannya dulu hingga menjadi Kapolri tahun 1993-1996 sikap rendah hati itu tetap melekat.

Almarhum menderita sakit selama empat bulan. Dan Selasa (6/11) sekitar pukul 07.20 WIB, almarhum meninggal dunia di RS Medistra, Jakarta.

Pada masa-masa sakit almarhum selalu berpesan jika meninggal ingin dimakamkan di samping makam ibundanya di pemakaman keluarga di Cibeuti, Kawalu.

Tawaran negara agar almarhum dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta, karena jasa-jasanya selama bertugas, terpaksa ditolak.

"Kami keluarga ingin melaksanakan amanat Bapak semasa hidup. Yakni ingin dimakamkan di samping makam ibunda tercintanya," kata Mastiar. [rmol/hta]
 

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas