
Pengamat Politik Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago menilai reaksi seperti itu tidak menjadi suatu masalah. "Masalah kalau Anas menggalang kekuatan untuk menentang 'penonaktifannya'," kata Andrinof, Sabtu (9/2/20113).
Diketahui, SBY memutuskan untuk mengambilalih pimpinan Partai Demokrat. SBY memutuskan hal itu agar Anas bisa fokus menghadapi dugaan korupsi. Keputusan itu diambil setelah Majelis Tinggi Partai Demokrat menggelar rapat kemarin.
SBY menyatakan, segala keputusan kebijakan Partai Demokrat dijalankan oleh Majelis Tinggi. "Anas yang tetap jadi Wakil Majelis Tinggi, sementara (Partai Demokrat) saya pimpin langsung. Saya berikan kesempatan (ke Anas, red) untuk lebih memfokuskan diri mengahdapi persoalan dugaan korupsi di KPK," ucap SBY.
Menurut Andrinof, SBY mengambil langkah itu untuk menyelamatkan Partai Demokrat. Sekaligus memudahkan melakukan pembenahan partai yang dianggap sudah mendesak.
Namun demikian jika Anas menunjukkan sikap tidak bekerjasama, penonaktifan terhadapnya bisa menjurus kepada pencopotan sebagai Ketua Umum. "Kalau Anas bereaksi kurang kooperatif, bisa jadi akan dicopot," ujar Andrinof. [rmol/rob]
KOMENTAR ANDA