
"Kalau mau jujur, siapakah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap melorotnya elektabilitas Partai Demokrat. Jawabnya, SBY (Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat)," jelas peneliti The Indonesian Reform Martimus Amin kepada Rakyat Merdeka Online (Senin, 11/2/2013).
Kenapa SBY penyebab melorotnya elektabilitas Demokrat?
"Mari kita kaji pokok persoalan. SBY tidak pernah legowo atas terpilihnya Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum di Kongres PD di Bandung, yang mengalahkan rivalnya Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie kandidat yang didukung SBY," ungkapnya.
Karena tak pernah legowo, dendam kesumat atas kekalahan jagoannya di kongres masih menghujam di kalbu SBY. Makanya, untuk menjatuhkan Anas, dicari kesalahan lewat sasaran antara, yakni Muhammad Nazaruddin Bendum Partai Demokrat, yang sudah mengundurkan diri karena tersangkut kasus korupsi proyek Wisma Atlet.
"Cuma persoalan tidak sederhana dibayangkan. SBY yang merasa sosok piawai berpolitik dengan reputasinya mengkadali Megawati dan memenangi pilpres dua kali, ternyata tidak begitu mudah menekuk Nazaruddin," jelas Martimus.
Nazaruddin akhirnya kabur melanglang buana sampai kemudian tertangkap dan dipulangkan ke Indonesia. Kicauannya memang memangsa Angelina Sondakh sampai Andi Malarangeng. Nah, prahara PD menjadi iklan innegatif. "Nazaruddin menjadi alat SBY menggerogoti elektabiltas PD," jelasnya.
Celakanya, SBY makin asyik dalam permainannya. Dari kudetanya malu-malu melalui pertemuan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Juni 2012 sampai pertemuan SBY dengan DPD seluruh Indonesia di bulan yang sama waktu itu, gagal menjatuhkan Anas.
"Sudah kepalang basah kebenciannya (SBY) ditunjukkannya dengan menekan lembaga hukum independen, KPK," jelas Martimus.
Martimus menilai, terkait hal itu, orang-orang SBY melakukan operasi penyesatan opini berupa beredarnya Sprindik palsu seolah Anas telah ditetapkan sebagai tersangka. Hal mana sebenarnya telah dibantah oleh KPK dan akan menindak orang dalam yang membocorkan Sprindik yang tidak benar tersebut.
"Tanpa punya malu lagi SBY memulai kudeta kotornya di depan Kabah yang Agung. Ironinya pakta integritas malah makin membuka aib Cikeas sendiri dari kasus Century, grasi narkoba, pajak, dan sebagainya. Kita dapat memprediksi ending cerita, SBY akan mati lemas, kualat, tercekik lilitan tali permainan kotornya," tandasnya.[zul/rmol/rob]
KOMENTAR ANDA