MBC. Pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang menyebut warga Waduk Pluit sebagai komunis bila meminta ganti rugi terkait pengambilalihan lahan benar-benar sangat menyakitkan dan memicu trauma lama.
Trauma dimaksud adalah trauma di masa Orde Baru, yang selalu menuding warga telah melakukan tindakan subversif, dan atau bahkan komunis, kepada rakyat yang dinilai penguasa menghambat pembangunan. Singkat kata, makian ideologis Ahok ini seperti gaya pejabat Orde baru.
Demikian disampaikan pengamat komunikasi politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Asep Warlan Yusuf sesaat lalu Jumat, (26/4/2013).
"Apapun alasannya, pernyataan Ahok itu sangat tidak pantas diucapkan seorang pejabat. Kalau dia mengatakan, Anda anti pembangunan, atau apalah, sah-sah saja. Tapi kalau sudah menyebut hal yang berbau ideologis, ini benar-benar sangat membahayakan. Bisa jadi akhirnya nanti ada anggapan dari warga lain, bahwa warga Waduk Pluit itu komunis," kata Asep sebagaimana disiarkan JakartaBagus.Com.
Gurubesar hukum Unpar ini juga mengingatkan bahwa pernyataan Ahok ini bisa menimbulkan dampak psikologis. Bisa jadi warga yang terkena tuduhannya itu menjadi terpuruk, dan terus merasa warga yang bersalah.
"Saya menilai pernyataan ini akan membuat citra positif ada Ahok mulai turun. Ahok benar-benar emosional," kata Asep Warlan.
Untuk mentralisir pernyataan ini, Asep menyarankan kepada Ahok untuk mengklafirikasi, dan juga sekaligus meminta maaf. Bahkan bila perlu, Jokowi juga harus menegur Ahok, dan di saat yang sama meminta kepada publik. [ans]
KOMENTAR ANDA