post image
KOMENTAR
MBC. Petani karet kini menjerit. Harga jual yang rendah menjadi momok bagi petani yang menggantungkan mata pencahariannya dari menyadap getah karet. Setiap kali menyadap getah petani berharap harga getah tinggi sehingga bisa memenuhi kebutuhan pokok yang terus merangkak naik.

''Kita ingin harga getah tinggi atau paling tidak bisa mencukupi untuk kebutuhan,'' kata Parno, seorang petani di Dusun V Sidorejo Damar Itam, Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Langkat, kepada wartawan di Medan.

Dijelaskannya, harga getah karet lom, pada akhir bulan Juli lalu berkisar Rp8.500 - Rp 9.000 per kg atau turun Rp 2000 per kg dari 2 minggu sebelumnya.

''Kepastian harga sangat dibutuhkan petani. Sesungguhnya berapun harga karet itu kami akan jual, kalau tidak dari mana kami makan,'' katanya seperti dikutip dari liputanbisnis.

Sepengetahuan petani kata dia, rendahnya harga karet adalah kadar air yang tinggi. Selain itu, getah masih bercampur dengan daun dan tatal (kulit pokok). Bahkan ada juga beberapa petani yang mencampurnya dengan pasir, garam, ataupun urea.

Petani, kata Parno, tidak sempat untuk menyimpan getah karetnya untuk menurunkan kadar air ataupun menunggu ketika harga karet tinggi.

''Ini kaitannya dengan modal, jadi harus cepat dijual.''[ded]

Kemenkeu Bentuk Dana Siaga Untuk Jaga Ketahanan Pangan

Sebelumnya

PTI Sumut Apresiasi Langkah Bulog Beli Gabah Petani

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ekonomi