post image
KOMENTAR
MBC. Reformasi 1998 telah mengubah wajah demokrasi Indonesia di mata internasional. Indonesia dirasakan semakin demokratis, semakin menghargai perbedaan pendapat dan semakin menghargai keragaman berekspresi.

Pun begitu, Presiden SBY didaulat menjadi pemimpin yang demokratis oleh lembaga-lembaga internasional. Keragaman pendapat di Indonesia pasca Reformasi dihargai dan dihormati karena keragaman itu menjadi ciri dasar negara demokratis.

Dalam konteks Indonesia sebagai negara demokrasi itulah maka Pijar Ilmu menerbitkan buku yang oleh penulisnya, Ma'mun Murod Al-Barbasy diberi judul "Anas Urbaningrum Tumbal Cikeas".

"Munculnya penulis yang menghargai keberagaman seperti Ma'mun Murod ini, akan menentukan masa depan bangsa yang makin baik. Karena itu, karya anak muda seperti Ma'mun Murod ini hendaknya diapresiasi dan didukung oleh pihak manapun," kata Muhammad Rahmad, dari pihak penerbit Pijar Ilmu yang menerbitkan buku Ma'mun Murod itu.

Namun, kata Muhammad Rahmad sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu Selasa, (27/8/2013), pihaknya menerima informasi dari distributor resmi yang akan menyalurkan buku tersebut ke pasar bahwa toko buku ternama dan terbesar di Indonesia tidak bersedia mengedarkan buku tersebut ke publik karena adanya pelarangan dari pihak tertentu.

Tentu saja, upaya pembredelan  oleh pihak-pihak tertentu ini adalah kemunduran demokrasi yang mulai terjadi di Indonesia.

''Semestinya tidak perlu ada pelarangan bila menghargai Indonesia sebagai negara yang demokratis. Ini adalah ancaman bagi kebebasan berekspresi dan kebebasan intelektual. Ini adalah lampu merah bagi demokrasi kita, kesurupan kekuasaan otoriter dan feodalistik!'' [ded]

Ganjar Pranowo Dilaporkan ke KPK, Apakah Prediksi Fahri Hamzah Terbukti?

Sebelumnya

Apple Kembali Alami Kenaikan Pendapatan, Kecuali di China Raya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa